Hanya kamu, hal paling berharga, yang aku miliki.***
Ansara memasuki pekarangan mansion Mahatma, diikuti oleh Tyas dan Mark yang sudah mendorong sepeda merah muda milik gadis kecil, putri bungsu keluarga Mahatma.
Antares Mahatma, bernapas lega saat melihat adik kecilnya. Pulang dengan keadaan baik-baik saja, ia dibuat kaget saat Daren memberitahu, cowok itu mengizinkan Ansara untuk bersepeda diluar mansion.
"Adik!!!" Teriak Ares, cowok itu sudah berlari menghampiri sang adik, memeluk adik kecilnya erat. Menggoyangkan tubuh kecil itu ke arah kanan dan kiri.
"Abang, An, cape sekali. Tidak ingin terbang dahulu," keluh gadis kecil itu.
"Kesayanganku,, kelelahan?" Tanya Ares menciumi puncak kepala Ansara.
"Iya Abang, adik ingin digendong saja, boleh tidak?" Pinta Ansara, dengan jurus andalan yaitu Puppy eyes.
Ares berjongkok dihadapan Ansara, "sesuai keinginan adik." Cowok dengan Headband hitam itu, berjalan memasuki mansion. Dengan Ansara yang menyender nyaman pada bahu sang Abang.
Kegiatan kedua adik kakak itu, tidak luput dari pandangan pria paruh baya dan remaja seusia anak sulungnya.
"Cemburu?" Tanya pria itu pada remaja disebelahnya.
"Hanya sedikit," jawabnya singkat.
Pria itu menepuk pelan bahu remaja laki-laki itu, "Daren, aku memberikan kepercayaan padamu. Untuk menjaga putri kecilku, putri kesayanganku. Jadi, jangan pernah menjadi ini lelucon." Ucap Shaka Mahatma serius.
"Paman, kau yang paling tahu, bagaimana aku menginginkan putrimu. Ansara adalah hal berharga untuk hidupku,"
"Aku memahamimu, kau pilihan terbaik, untuk hidup putri kecilku."
"Tentu, hanya aku, yang pantas untuk Ansara." Daren tersenyum simpul, pada pria yang merupakan Ayah dari gadis kecilnya.
"Aku tidak membayangkan, harus merelakan putriku, hidup dengan pria lain." Shaka tertawa pelan, membayangkan saja sudah membuat pria itu sakit kepala.
***
Ares menurunkan Ansara, pada kursi di meja makan. Tadi, Mommy bilang jika Ansara hanya minum susu. Dan, belum makan nasi, padahal hari sudah mulai petang.
"Adik belum makan?" Ansara hanya mengelengkan kepala, sebagai jawaban.
Langkah kaki dari anak tangga, mengalihkan atensi Ansara dan Ares. Keduanya begitu senang melihat Daddy mereka sudah kembali, dari perjalanan dinas.
"Daddy,,,, adik rindu sekali," Ansara berlari menghampiri Shaka, gadis kecil itu melompat dalam dekapan hangat Ayahnya.
Shaka menciumi kedua pipi, putri bungsunya, "adik, kenapa semakin kurus, apa makannya tidak teratur?" Ucap Shaka, pria itu mengelus pelan pipi putri kecilnya. Putri yang ia sangat tunggu kehadirannya, Putri kesayangannya, jiwa dan raganya ada pada gadis kecil ini.
"Daddy,, adik tidak mau makan sayur," adu Ares pada sang ayah.
Shaka tersenyum, "tidak apa, adik bisa minum jus dari buah. Apa adik suka itu?" Iya mengajak putri kecilnya itu, kembali ke meja makan, karena ia tahu gadis nakal ini belum makan siang.
"Daddy,, Daren mana, Abang bilang, Daddy tadi sedang membahas penting dengannya," tanya Ansara, gadis kecil itu melihat kearah seluruh penjuru untuk melihat kekasih hatinya itu.
"Ada, lagi angkat telepon, adik makan ya. Daddy, menemui kak Anin dahulu," Ansara menganggukan kepalanya, Shaka tersenyum mengelus pelan surai panjang nan indah milik putrinya. Setelah itu pria paruh baya itu, melangkah menaiki kembali anak tangga untuk menemui putri keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomanceHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.