Lekas Membaik, An.

11 0 0
                                    

***

Ansara kembali di rawat inap pada salah satu rumah sakit, milik keluarga Aldrich.

Saat gadis kecil itu sadar, dia mengeluh bahkan sampai menangis kencang dikarenakan kepala nya sakit. Dan, hal itu membuat Daren khawatir bukan main. Bagaimana bisa, dia begitu menjaga dengan sangat baik, selama 10 tahun ini. Dan, gadis dari keluarga Utama itu, dengan sesuka hatinya menyiksa gadis kesayanga-nya.

Daren terus mengelus perlahan kepala Ansara dengan sangat hati-hati. Terdapat bekas memerah pada kulit kepala Ansara, pantas saja, jika gadis itu merasakan pusing.

Daren mengambil obat berbentuk gel diatas Nakas, dia mengoleskan obat itu secara perlahan. Agar gadisnya tidak merasa perih.

"Sayang, izinkan kakak, untuk membalas dia sampai sejatuh-jatuhnya." Daren mengecup pelan telapak tangan mungil Ansara.

"Kakak akan hancurkan dia, sampai dia merangkak, memohon ampun padamu. Tidak ada yang boleh membuatmu terluka, sekalipun itu kakak, sayang." Ujar Daren tulus. Ya, Ansara boleh menyakiti siapapun termasuk Daren, semau yang gadis kecil itu diinginkan. Tapi, tidak ada yang boleh menyakiti gadis-nya seujung kuku pun.

Sedangkan, diluar ruangan Ansara. Keluarga Mahatma berkumpul di depan ruang inap itu.

Shaka dan Karina menatap tak percaya, atas apa yang dilakukan Anindhya. Bagaimana bisa dia menyuruh Ramitha Utama, untuk menyakiti adiknya sendiri.

"Anin, Mommy begitu kecewa padamu. An, itu adikmu!" Ucap Karina sedih, bagaimana bisa putri yang ia jaga dengan sangat hati-hati itu, disakiti seperti ini oleh saudaranya sendiri.

"Anin, Daddy, tidak akan segan untuk mengirim mu ke Asrama, jika kau masih bertindak semau yang kau inginkan," ancam Shaka pada putri keduanya itu.

"Mom, aku ini anak kalian, dia bukan siapa-siapa kita." Ucap Anin kesal.

Ares sudah mengepal kuat kedua tangannya, Gadis tidak tahu diri, itulah yang ada di benak Ares saat ini.

"Kau harus tahu, posisimu. Anin," sarkas Ares.

"Apa yang harus aku tahu? Kau kakak ku, tapi, kau lebih menyayangi gadis manja, anak pungut!" Kesal Anindhya, bahkan suaranya sudah mulai meninggi.

Ares tertawa, Shaka dan Karina hanya diam pasrah. Mereka sudah tidak ingin menutupi hal ini lagi, apalagi jika bisa membahayakan putri kecil mereka. Mau bagaimanapun takdir, Ansara adalah putri kandung mereka, dan kebahagiaan dan kenyamanan putri nya adalah hal yang paling penting untuk Shaka maupun Karina. Jika memberitahu Anindhya yang sebenarnya, bisa membuat gadis itu berubah. Lebih baik beritahu kebenaran itu, agar Anindhya tidak perlu merasa Ansara merebut kasih sayang, keluarga besar Mahatma.

"Kau yang anak pungut, kau dengar kau bukan anak dari keluarga Mahatma!" Sarkas Ares, ia tidak perduli pada perasaan Anindhya, akan bagaimana nantinya. Gadis di hadapannya ini, begitu mengerikan menurut Ares.

"TIDAKKKK!!!" Anindhya berteriak keras, untung saja lantai ini memang di khususkan untuk keluarga Aldrich.

"Mom, bilang padaku, jika Abang berbohong. Ansara kan Mom? Bukan aku? Bilang padaku Dad?" Tangis Anindhya sudah pecah, tidak mungkin dia bukan anak dari keluarga Mahatma. Dia dan Ares adalah kembar tak identik, tidak mungkin.

"Anin, itulah kebenaran nya. Kau dan Ares bukan anak kembar," ucap Karina lemah, ia sedih melihat anak yang ia besarkan dengan kasih sayang itu, menangis kencang.

"Maaf Anin, tapi, kami menyayangimu seperti anak kandung kami sendiri. Kau tetap keluarga Mahatma. Mommy,, hanya ingin kau menyayangi Ansara seperti saudaramu sendiri, seperti kami menyayangimu, Nak." Karina mencoba memberikan pengertian pada Anindhya, usia seperti Anindhya masih pada Ego yang tidak seimbang.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang