Mari kita memulai, setiap perjalanan kisah kita, dengan penuh kebahagian.
***
Waktu terasa berlalu begitu cepat, tahun terus berganti, hari bergulir tanpa henti. Namun ada satu hal yang masih menjadi pertanyaan penuh tanda tanya, yaitu apakah takdir akan memihak sesuai keinginan manusia.
"An, ayo makan dulu" Karina berjalan memutari meja makan, gadis kecilnya tidak pernah berubah, tetap manja dan baik hati.
"Mom,,, An, belum mau makan," jawab Ansara, gadis berusia 16 tahun itu terus memutari meja makan.
"Oke, Mommy,, akan bilang Daren, supaya kamu tidak jadi sekolah umum," ancam Karina, pada putri bungsunya tersebut.
"Please,, Mom,," rengek Ansara, menghampiri sang ibu, gadis itu bergelayut manja pada lengan Karina.
"Makanya, makan sayang, Mommy, nyuruh An, makan, supaya sehat bisa sekolah, sesuai keinginan An," nasihat Karina, wanita paruh baya itu, mengelus lembut surai panjang nan indah, milik putri bungsu keluarga Mahatma.
"Iya, An, makan kok, tapi jangan bilang Kak Daren ya," pinta Ansara pada sang ibu.
"Iya sayangnya, Mommy," sahut Karina.
****
Gadis dengan rambut diikat kepang dua itu, sibuk dengan beberapa gambar, yang sedang ia warnai, gambar itu adalah hasil buatan dari Daren, saat cowok itu berkunjung kekediaman Ansara.
Daren tersenyum melihat gadis kecil itu, posisi tengkurap dengan mengoyangkan kedua kaki mungilnya. Derap langkah itu, mengalihkan atensi Ansara, gadis itu bangkit dan berlari menuju sang kekasih.
Ya, sejak pertemuan 10 tahun lalu, interaksi keduanya tetap berlanjut hingga saat ini, bahkan Daren, dengan lantang meminta Ansara untuk dijodohkan dengannya.
Hap..
"Putar Kak,,,, An, mau terbang," pinta gadis yang sudah, bergelayut manja pada leher Daren.
Daren mencuri satu kecupan, pada pipi gadis itu, lalu memutar tubuh Ansara, secara perlahan, agar gadisnya tidak merasa pusing setelahnya.
Daren menurunkan Ansara, lalu cowok itu mengacak pelan poni gadisnya, " James mana?" Tanya Ansara, gadis di menengok kebelakang Daren, karena biasanya, James tidak pernah, tidak berdekatan dengan Tuan Muda-nya tersebut.
"My Sara,,, kamu cuma perlu lihat dan cari aku, bukan orang lain," ucap Daren tidak suka, jika ada orang lain, yang menjadi perhatian gadisnya.
Ansara mencurutkan bibirnya, "An, penasaran, biasanya Paman James kan, seperti perangko saat bersama Kakak."
Daren mengecup bibir itu sekilas, "ada urusan,"
"Gak boleh cium sembarangan Kak," mendengar omelan dari gadisnya, ia hanya tersenyum tipis.
Daren mengajak Ansara, menuju meja makan, sebelum kemari, cowok itu mendapat telepon dari Karina, yang memberitahu jika Ansara tidak ingin makan. Mengapa Karina mengadu pada Daren? Karena putri bungsu Mahatma itu, hanya akan menurut pada pewaris tunggal keluarga Aldrich tersebut.
"Tadi udah makan?" Daren mulai mengintrogasi sang kekasih.
Ansara menganggukkan kepala, "makan sayur? Minum susu? Minum obat?" Tanya Daren tanpa henti.
"An, Gak suka sayur, rasanya seperti daun, tadi, An, mau minum susu, tapi, susu favorit An, habis diminum bang Ares."
"Daren,, An, Gak mau minum obat," jika sudah memanggil nama seperti ini, pertanda gadis kecil itu akan menangis karena kesal. Dan, benar, tak lama tangisan itu mulai terdengar, jika sudah begini, tidak akan mungkin tega Daren mengintrogasi gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomanceHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.