Semua untuk Ansara

15 1 0
                                    


****

Daren merangkul bahu Ansara, malam ini mereka akan bertemu dengan keluarga Utama. Untuk membicarakan, perihal bisnis serta permintaan maaf secara langsung oleh Ramitha pada Ansara.

"Kak, tidak perlu seperti ini." Ucap Ansara ragu.

Daren menyipitkan pandangannya, "kenapa sudah seharusnya bukan?"

Ansara mencurutkan bibir, "iya, An tahu. Tapi, rasanya sudah cukup, Kak." Mohon gadis kecil itu kembali.

Daren mengeratkan rangkulannya, "kau cantik sekali, sayang." Ucap Daren, cowok itu lalu mengecup puncak kepala Ansara dari samping. Ya, malam ini Ansara memakai gaun berwarna putih sepanjang lututnya dengan tali berbentuk spaghetti, sedikit memamerkan punggung indah gadis kecil itu. Awalnya Daren menolak, namun, saat melihat gadis kecilnya merajuk, Daren pun mengalah.

"Kakak---," rengek Ansara.

"Apa sayang?" Jawab Daren acuh.

Ansara mendengus sebal, Daren hanya tertawa kecil melihat ekspresi dari calon tunangan kecilnya itu.

"Ikuti saja, kau akan menyukainya, sayang." Ujar Daren, cowok itu mengelus pelan lengan Ansara. Agara gadis itu tidak perlu berpikir, hal-hal yang tidak penting.

Keduanya masuk kedalam ruangan VVIP,  yang memang di pesan oleh pihak Daren. Dan, ternyata di dalam sudah ada keluarga Utama. Mereka langsung bangkit saat melihat kehadiran Daren dan Ansara.

Anita maju selangkah, lalu merentangkan kedua tangannya.

"Ya ampun, ini Ansara Mahatma kan?" Ujarnya senang.

Ansara menoleh pada Daren, cowok itu mengangguk.

Ansara melangkah, menerima pelukan dari Nyonya Utama. Dia sedikit canggung, saat wanita itu memeluknya sedikit erat.

"Nyonya Utama, tunangan-ku akan kehabisan napas!" Ingat Daren.

Anita tersenyum canggung, ia melepaskan dekapan itu. Lalu, memegang seluruh wajah Ansara.

"Kau cantik sekali, Ansara. Masih ingat bibi?"

Ansara menyerit bingung, "maaf bibi, An tidak ingat." Ucapnya merasa bersalah.

Anita memaksakan senyumannya, "tidak masalah sayang, sekarang mungkin kau bisa mengingat bibi, untuk kedepannya." Ucapnya senang.

"Iya bibi," ucap Ansara pelan.

Wira Utama maju, pria paruh baya itu menjabat tangan Daren. Bagaimanapun ini moment penting untuk keberlangsungan perusahaan miliknya, pewaris keluarga Aldrich ini begitu penting perannya. Banyak pengusaha yang berlomba-lomba untuk membuat janji temu dengan laki-laki muda ini, tapi, dirinya malah mendapatkan Jackpot karena Daren sendiri lah yang mengajaknya untuk makan malam bersama.

Ansara terkejut, saat melihat Bianca ada di tengah keluarga Utama. Bukankah Bianca tidak memiliki nama belakang keluarga Utama pikir Ansara dalam hatinya.

Daren mengusap kening berkerut Ansara, "tidak perlu berpikir terlalu keras, sayang." Bisiknya pelan.

"Mari silahkan duduk, Tuan muda Aldrich." Ucap Wira.

Daren dan Ansara sudah duduk di depan Tuan dan Nyonya Utama, sedangkan Ramitha dan Bianca ada di samping sisi meja mereka.

"Terimakasih, atas undangan makan malam yang sangat istimewa, untuk keluarga kami, Tuan muda Aldrich." Ujar Wira basa-basi, karena jujur, pria paruh baya itu merasakan hawa yang menyeramkan saat menatap mata tajam Daren.

Daren yang sedang berkutat dengan ponsel nya, menoleh dia berdehem menanggapi ucapan basa-basi dari Wira.

Ansara menyenggol lengan Daren, "kak,," tegur Ansara.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang