Camping

4 1 0
                                    

***

Ansara sedang berada di ruangan khusus Empat pilar, gadis kecil itu masih sibuk menonton salah satu kartun terkenal, dengan tokoh anak kembar berkepala botak. Tak lupa, sekotak susu Vanilla juga sedang ia nikmati. Tadi pagi, Daren menghubungi nya untuk langsung menuju ruangan Empat pilar.

Suara yang muncul saat pintu diakses pun tidak mengalihkan atensi gadis itu dari Tab miliknya. Daren tersenyum tipis saat melihat aktivitas yang dilakukan calon tunangannya, gadis kecil itu begitu cantik hari ini. Tentu dengan aksesoris bandana merah muda miliknya.

Satu kecupan mendarat di pipi berisi Ansara. Membuat gadis itu menoleh kaget, dan kesempatan itu tidak buang oleh Daren. Cowok itu langsung mengecup sekilas bibir merah muda Ansara.

"Kakak--,, gak boleh cium sembarangan, ini kan masih area sekolah." Ucap Ansara kesal.

"Kalau di Mansion boleh?" Tanya Daren.

Ansara mencurutkan bibirnya sambil berpikir, "gak boleh juga,"

"Eh----,, nanti An, pikirin dahulu ya." Tambahnya lagi. Gadis itu menaruh Tab-nya diatas meja.

"Kau sungguh menggemaskan." Lagi-lagi Daren mencuri satu kecupan di pipi Ansara, cowok itu duduk di samping Ansara merangkul gadis kecil itu dengan erat.

"Kak, ini sudah waktunya jam pelajaran dimulai." Ujar Ansara.

"Hari ini, tidak ada aktivitas pembelajaran di AHS, sayang." Beritahu Daren pada Ansara. Cowok itu menjatuhkan kepalanya pada pundak kecil Ansara, memejamkan mata dengan tenang. Bahu kecil ini adalah tempat ter-nyaman untuk Daren beristirahat dari lelahnya dunia.

"An, apa berat?" Tanya Daren.

Ansara menggeleng, "tidak, istirahatlah. An, tahu kakak pasti lelah." Ansara mengenggam tangan besar Daren mengelus pelan telapak tangan besar itu.

"Besok akan diadakan Camping, untuk pengenalan seluruh Murid AHS pada Alam." Ucap Daren, yang masih memejamkan matanya.

"Benarkah? Wah,,, An, ingin ikut kak." Ujar Ansara penuh semangat.

Daren mengangkat kepalanya, dia menatap binar bahagia dari bola mata coklat Ansara. Sedari kecil Ansara memang tidak diperbolehkan oleh Daren ataupun keluarga Mahatma untuk melakukan aktivitas berlebihan apalagi membuat gadis itu kelelahan.

"Tidak!" Ucap Daren singkat.

Ansara menunduk sedih, bahkan, gadis itu mulai terisak menangis. Padahal ini adalah kesempatan untuknya, sedari dulu gadis kecil itu memang menginginkan pergi Camping di tengah Hutan. Seperti beberapa flim yang di tonton.

"Kak----, sekali saja. An, janji tidak akan sakit. An juga, akan makan sayur dengan rajin, dan, tidak akan melewatkan minum obat dan vitamin." Ansara berucap janji pada Daren. Sedangkan Daren hanya dia memandang wajah lucu, calon tunangannya.

"Jika kau sakit, kakak tidak akan mengizinkan, kau untuk bersekolah umum. Bagaimana?" Ucap Daren memberikan penawaran.

Ansara terdiam, jujur, ia ragu apa tubuh lemahnya ini akan tahan dan kuat menahan udara dingin dan cuaca yang akan berbeda dengan saat ini. Setelah cukup lama menunggu jawaban, Daren tidak mendengar jawaban apapun dari Ansara. Hanya kembali terdengar suara tangisan dari bibir kecil sang tunangan.

"Sayang, mengapa menangis?" Daren mengangkat wajah Ansara, menghapus airmata Ansara dengan kedua jari jempolnya.

"An, kesal. Kenapa harus terlahir dengan tubuh yang lemah!" Ucap gadis itu sambil terisak. Daren merasa bersalah, karena Ansara-nya menjadi sensitif seperti ini, akibat ucapan yang dia lontarkan.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang