***
Daren menekan tombol lift, yang ada didalam ruangan khusus empat pilar. Ia akan menemui Luoise untuk memecahkan, kasus pembunuhan yang terjadi 3 bulan lalu. Karena bagaimana pun asumsi publik mengarah padanya, dikarenakan saat korban ditemukan. Banyak sekali barang bahkan potret Daren, ketika korban ditemukan ia masih menggenggam erat selembar foto Daren yang diambil secara Candid saat pemilihan ketua tim Volley tahun lalu.
Daren menghampiri Louise yang masih sibuk menggerakan jari-jari nya pada keyboard, cowok itu mencoba memulihkan kembali. CCTV sekolah bagian menuju ke Rooftop, untuk dijadikan barang bukti, jika Daren memang tidak bersalah.
Walaupun keluarga Aldrich, sudah mengurus segalanya. Serta, di persidangan mereka menang, karena tidak ditemukan sidik jari dari Daren pada korban perempuan tersebut.
"Gimana, bisa?" Daren bersandar pada kursi di samping Louise.
"Belum, butuh waktu. Sepertinya, dia bukan orang biasa," jawab Louise, cowok yang memiliki kebiasaan mengunyah permen karet itu, kembali fokus pada layar komputer dihadapannya.
Louise menoleh secara mendadak, "Ren, gue mau nanya serius. Kebetulan cuma ada kita berdua disini," ujar Louise serius.
"Lo benarkan, gak ada hubungan sama Berlian Wijaya?" Tanya Louise sedikit ragu, ia takut menyinggung Daren.
"Bodoh," celetuk Daren.
"Gue nanya, Ren." Sanggah Louise.
"Ansara, cuma dia. Gak ada hal yang bikin gue tertarik sama perempuan. Kecuali, Ansara Mahatma." Jawab Daren tegas.
Louise termenung, benar ini jebakan. Siapa dalang dari pembunuhan itu, apa benar Berlian bunuh diri. Atau, yang lebih parah gadis itu dibunuh. Yang lebih mengenaskan, perempuan itu meninggal dalam keadaan hamil. Hal itu, yang membuat Daren dan ketiga sahabatnya. Memutuskan untuk mencari tahu kebenaran peristiwa tersebut. Daren tidak ingin, jika Ansara mengetahui hal ini, dan gadis kecilnya itu mengira jika Daren memang melakukan hal keji seperti itu.
"Ya, gue tahu, bagaimana Lo mencintai adik kecil gue."
"Tapi----," ucapan Louise terpotong.
"Apa?" Sambar Daren kesal.
"Baraga Wijaya, gak bakalan tinggal diam. Lebih baik lo awasi pergerakan dia, bagaimana pun Berlian adiknya. Cowok gila itu pasti akan melakukan hal diluar akal pikiran kita, gue berharap sebelum dia bertindak jauh. Kita udah menemukan pelaku sebenarnya," Louise memberi peringatan pada Daren. Apalagi saat ini Ansara, sudah bersekolah secara normal, mereka akan memanfaatkan adik kecilnya itu, sebagai kelemahan dari seorang Hugo Darendra Aldrich.
****
Kepulan asap terus keluar dari bibir cowok bertindik itu, cowok itu menghabiskan waktu dengan tidur di Rooftop gedung B, AHS. Gedung itu berhadapan langsung dengan lobby utama AHS. Ia melompat untuk duduk di atas dinding pembatas Rooftop. Kaki panjangnya menjuntai dan dibalut dengan Sneakers - The London, sneakers seri eksklusif yang hanya dijual 202 pasang di Dunia.
Ia menyipit saat melihat, Antares Mahatma. Membawa gadis kecil berbandana merah muda, gadis itu mirip sekali dengan gadis yang ia temui satu Minggu yang lalu. Obsidian Baraga tidak lepas sampai mobil hitam ber-merk Range Rover SVAutobiography LWB, menghilang keluar dari gerbang utama AHS.
"Benar dia, atau hanya mirip." Gumam Raga pada dirinya sendiri.
Ia dibuat bingung, tadi pagi Kevin Atdmaja dikabarkan berjalan dengan gadis secara mesra. Sekarang, Antares Mahatma membawa gadis di dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomanceHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.