Gadis Misterius

18 1 0
                                    


Dia adalah salah satu keindahan, pada semesta. Dalam bentuk lainnya. -

****

Daren berjalan diikuti oleh Ares, Kevin, dan Luoise. Mereka memasuki sebuah ruangan, yang berada jauh di belakang AHS.

Kevin melangkah ke depan, cowok itu membuka pintu ruangan tersebut, "dia ada di dalam," ucap Kevin.

Daren menaikan alis keatas, "abisin secara diam-diam, kalau dia tidak mau mengakui perbuatannya," perintah Daren, yang diangguki oleh ketiga sahabatnya.

Daren memandang, cowok dengan rambut undercut, dihadapannya. Kemeja sekolah yang sudah kotor, serta wajah yang sudah penuh dengan lebam.

Daren mengangkat dagu cowok itu, mencengkram dengan sekuat tenaga. Membuat cowok itu berteriak kesakitan.

"Siapa yang nyuruh lo?" Tanya Daren.

Cowok itu terkekeh sinis," sampai kapanpun, gue gak bakalan ngomong."

"Oke, gue gak perlu pengakuan dari lo. Tapi, jangan harap lo bisa lihat matahari besok pagi,"

Ares, Kevin dan Louise. Memandang ngeri sahabatnya satu itu, Daren tidak akan main-main, perihal pengkhianat, dengan kekuasaan yang dimiliki keluarganya. Semut kecil seperti mereka tidak akan selamat jika melakukan kecurangan.

"Habisi dia, jangan ada yang tersisa James!" Perintah Daren, sedangkan James langsung mengangguki perintah dari Tuan muda nya itu.

Dering telepon pada ponsel Daren, mengalihkan atensi mereka di dalam ruangan tersebut. Wajah menakutkan itu berubah menjadi sumringah, saat melihat nama penelpon dilayar ponsel miliknya.

"Ya,, My Sara, ada apa sayang," kata Daren, cowok itu berjalan meninggalkan ruangan gelap nan lembab itu.

"Hanya Ansara, yang bisa menjinakan Monster menyeramkan itu," gumam Kevin.

"Ya, tidak ada yang lain, setidaknya Daren memiliki empati, saat bersama Ansara." Sambung Louise kembali.

Persahabatan mereka, bukan hanya sekedar karena terlahir sebagai pewaris pada masing-masing keluarga. Mereka akan saling melindungi satu sama lain, itulah yang diucapkan keempatnya, ketika memutuskan untuk menjalin tali persahabatan.

Daren menempelkan kartu akses miliknya, untuk mengistirahatkan diri sebentar,  Sebelum mata pelajaran pertama dimulai. Cowok itu merebahkan diri pada sebuah sofa, dan merubah panggilan telepon itu, menjadi panggilan video.

"Cantik sekali, sudah mandi sayang?" Tanya Daren, cowok itu tersenyum manis memandang gadis cantik, dengan bandana berwarna merah muda dikepala nya.

Ansara tersenyum mengangguki ucapan Daren, "An, mau bilang sesuatu pada Kakak."

Daren menyeritkan alisnya curiga, memang Ansara yang penurut ini, patut untuk dicurigai, gadisnya begitu ingin mengetahui bagaimana kehidupan diluar.

"Apa sayang, asal tidak membuatmu kelelahan. Kakak izinkan,"

"An, ingin bermain sepeda, sore ini di taman depan Mansion." Pinta gadis mungil itu, ia sudah menyatukan kedua tangan, agar Daren mengabulkan keinginannya.

"Boleh ya sayang," ucap Ansara lagi.

Daren terkekeh, bahkan gadisnya memanggil Daren denga panggilan yang paling ia sukai.

"Kamu pandai merayu Kakak, An." Ujar Daren gemas, ingin rasanya cowok itu menciumi pipis putih itu secara bertubi-tubi.

"An, tidak merayu kakak, hanya sedikit bernegosiasi," sanggah Ansara.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang