****
Daren mengadahkan kepala keatas, dia terus bergumam di dalam hatinya, semoga Ansara baik-baik saja. Cowok itu akhirnya membawa Ansara kembali ke Kota, karena khawatir hal buruk terjadi pada Ansara.
Acara perkemahan tetap berlanjut, dan peristiwa yang terjadi pada Ramitha. Empat pilar mencoba menutupinya dahulu, James sudah menemukan gadis itu setelah hampir 4 jam pencarian, Anindhya sudah kehilangan akal sehatnya, dia membuang tubuh Ramitha pada jurang hutan tersebut. Gadis itu banyak kehilangan darah akibat tusukan yang dilakukan oleh Ilham, namun pihak rumah sakit yang di percaya Daren sedang mengusahakan hal terbaik untuk gadis berambut merah ikal itu.
Saat ini perihal tentang Ramitha, tidak penting untuk Daren. Yang membuat ia gelisah adalah hal yang terjadi pada Ansara, gadisnya itu pasti saat ketakutan.
"Kakak, mohon. Tolong baik-baik saja, An." Pintanya memohon.
Suara pintu terbuka, membuat Daren merubah kembali ekspresi wajahnya menjadi datar.
Dokter Farla melepas masker yang menutupi wajahnya, "Tuan muda," ucap wanita itu sambil menunduk hormat.
"Bagaimana Ansara?" Tanya Daren cepat.
Dokter Farla menghela napas, "Nona, baik-baik saja. Tapi, mungkin dia sedikit terguncang, karena sedari tadi hanya diam, tidak mau berbicara sedikitpun." Terang Dokter Farla pada Daren.
Daren langsung menerobos masuk, ia dapat melihat gadis kecil yang begitu periang itu, kini hanya menatap pada jendela kaca di sampingnya. Pandangannya terasa kosong.
Daren merangkak, untuk naik pada branker milik Ansara, "Sayang, apa yang kau rasakan?" Tanya Daren lembut.
Cowok itu memeluk Ansara dari belakang, mengecup pelan bahu Ansara, yang sudah berganti pakaian dengan menggunakan pakaian rumah sakit.
"Bicaralah sedikit, agar kakak tidak khawatir sayang." Pinta Daren kembali.
Setelah terjadi keheningan yang cukup lama, suara Isak tangis Ansara kembali terdengar, membuat Daren mendekap gadis kecil itu dengan begitu erat.
"Sung---guh, An, ta--kut seka-li, Kak." Ucap Ansara terbata-bata.
Daren menarik Ansara untuk berbalik, berhadapan dengan Daren.
"Sayang, kau tidak perlu takut. Ada kakak," ujar Daren menenangkan sang kekasih.
"Kakak akan menjagamu," tambahnya lagi.
"Bag--aimana kak, keadaan kak Rami?" Tanya Ansara masih dengan segukan.
"James sudah mengurusnya. An, kau ingin Anindhya di hukum?" Tanya Daren.
"Kak Anin, dia kakak ku, bagaimanapun status nya." Ucap Ansara.
Daren mendesah, bisa dilihat Ansara begitu menyayangi perempuan gila itu bukan. Jika diingat kembali, sudah banyak sekali kejadian yang menimpa Ansara akibat perbuatan Anindhya.
"An, bukankah, setiap kejahatan harus ada hukumannya?" Tanya Daren, yang diangguki oleh Ansara.
"Semoga hal baik masih berpihak pada kak Rami," gumam Ansara pelan. Tanpa memperdulikan pertanyaan Daren, karena jujur saja, dia tidak tega jika harus melihat Anindhya di hukum. Katakanlah Ansara saat ini egois karena melindungi gadis yang berstatus sebagai kakak angkatnya itu.
Daren hanya diam, tidak menanggapi ucapan Ansara. Cowok itu sedang memikirkan cara, bagaimana agar segala perbuatan Anindhya di ketahui publik dan gadis itu akan mendapatkan bagian hukumannya. Namun, hal itu tidak boleh sampai membuat Ansara bersedih tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomanceHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.