Camping Berdarah

9 1 0
                                    

***

Ansara masih sibuk mengecek seluruh isi carrier bag miliknya berulang kali, gadis kecil itu takut seluruh kebutuhannya ada yang tertinggal. Ares hanya tersenyum kecil melihat tingkah menggemaskan sang adik. Cowok itu masih sibuk sarapan, karena Ansara menolak untuk sarapan. Akhirnya, cowok itu memutuskan mereka akan sarapan di taman Mansion, agar Ansara mau mengisi perut dahulu.

"Adik, buka mulutmu!" Perintah Ares, cowok itu memberikan sesendok nasi beserta lauknya.

"Mantap!" Ansara mengacungkan kedua jempolnya.

"Pintar, perjalanan kita akan sedikit panjang. Jadi, harus sarapan. Jika tidak, adik akan kelaparan," ujar Ares.

"Baik, bos Abang." Ares hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Anindhya sudah pergi terlebih dahulu, pagi sekali tadi. Entahlah, Ares sudah menawarkan untuk pergi bersama. Namun, gadis itu menolak. Ares pun, tidak ingin memaksa semua terserah pada adik keduanya itu.

"Abang, nanti kita akan pergi dengan apa? Lalu, kenapa tidak bersama yang lain saja, menggunakan bus dari sekolah?" Tanya Ansara bertubi-tubi.

"Abang dan Daren, sudah memutuskan, jika pergi menggunakan Helikopter terdengar lebih baik." Ansara hanya menganga mendengar ucapan sang kakak. Jadi, mereka akan menuju tempat perkemahan, menggunakan Helikopter milik keluarga Aldrich.

Tak lama, mobil Jeep hitam milik Daren memasuki pekarangan Mansion Mahatma. Tawa Ares meledak saat Ansara menatapnya horor, jadi tadi Ares hanya membohongi nya saja. Nyatanya, mereka akan menaiki salah satu mobil koleksi dari Daren.

"Tidak usah marah, tadi, Abang hanya bercanda, sayang." Kata Ares masih dengan sisa tawanya.

"Abang, menyebalkan!" Seru Ansara kesal.

Daren turun dari mobil itu, cowok itu sangat tampan sekali pagi ini. Apalagi dengan tambahan kacamata hitam, yang bertengger di hidung mancung milik Daren.

Pagi ini, Empat pilar ditambah Ansara akan pergi bersama menuju tempat perkemahan, yang sudah di sewa oleh AHS. Untuk acara pengenalan alam pada murid-murid.

Daren mengemudi sendiri mobil hitam itu, dengan Ansara yang berada di sampingnya. Senyuman tipis tidak luntur dari sudut bibir Daren, saat melihat betapa antusiasnya Ansara saat melihat banyak pepohonan hijau yang menghiasi setiap sisi jalan. Ares dan Louise sudah kembali terlelap, sedangkan Kevin, cowok itu masih sibuk dengan Tab di tangannya. Entah apa yang sedang di kerjakan laki-laki itu.

Ansara menoleh, "berapa lama lagi, Kak?" Tanya Ansara.

"Sedikit lagi, apa lelah sayang?" Tanya Daren kembali.

"Tidak! An, senang sekali, Kak." Jawab Ansara. Gadis itu kembali melihat pepohonan hijau nan asri di sisi jalan.

Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam lebih, akhirnya Empat pilar dan Ansara sampai. Daren memarkirkan mobilnya di depan gerbang Hutan, tempat mereka akan melakukan perkemahan.

"Adik, kita akan berjalan sedikit. Apa tidak akan lelah?" Tanya Ares, cowok itu mengambil alih Carrier bag milik Ansara.

Ansara mengeleng sambil tersenyum, "tidak! An, suka berjalan-jalan." Ucapnya penuh antusias.

Ares mendesah, adik kecilnya memang benar-benar, tidak memahami maksud dari Ares.

Daren memasangkan kupluk berwarna merah muda di kepala Ansara, Ia menggenggam tangan kecil Ansara membawa gadis itu untuk berjalan di depan ketiga sahabatnya.

Ansara melompat girang, saat kompas di tangannya ikut bergerak, saat ia melompat kearah kanan dan kiri.

"Selatan, iya kesana Abang." Ucapnya riang.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang