Ansara Menghilang

8 0 0
                                    


Bumi itu indah. Jadi, mari menyusuri secara bersama.

***

Mark menghentikan laju kendaraan nya, saat melihat jalan yang biasa ia lewati di blokade secara tiba-tiba.

"Ada apa Mark?" Tanya Ansara bingung, gadis itu mengalihkan atensi dari Tab di tangannya.

Mark yang sedang mengamati situasi, akhirnya menoleh untuk melihat majikan kecil-nya itu. Sepertinya terjadi kericuhan antar pelajar, terlihat dari banyaknya murid laki-laki yang berlari kesana kemari.

"Nona, saya akan keluar sebentar untuk melihat keadaan sekitar. Saya harap, Nona, tidak pergi meninggalkan mobil. Tetap di dalam, Nona." Ujar Mark, meminta agar majikan kecil-nya ini tetap berada di dalam mobil.

"Baiklah, An, akan menonton saja disini." Ucap Ansara, gadis itu kembali mengalihkan atensi pada Tab di genggamannya.

Setelah memastikan semuanya aman, Mark keluar lalu menutup kembali pintu mobil hitam itu.

Ansara mendongak, setelah di rasa jika Mark sudah keluar dari mobil. Gadis kecil itu mengintip sedikit keluar, rasa penasaran yang cukup tinggi, kini dirasakan oleh Ansara.

Gadis itu membuka pintu mobil, ternyata tidak terkunci. Dia tersenyum senang. Setelah keluar Ansara melihat keadaan sekitar, dia melihat cowok dengan tindik di alisnya, dia Baraga, itu lah yang ada di dalam benak Ansara.

Saat melihat beberapa murid dengan penampilan yang cukup berantakan, ingin memukul Baraga dengan sebuah balok kayu, Ansara langsung berteriak keras, mengalihkan atensi empat cowok yang ada di depannya.

"Sial," umpat Baraga kesal, cowok itu langsung menendang tiga lawannya secara brutal. Setelah itu, dia berlari menghampiri Ansara, membawa gadis itu berlari bersamanya.

Baraga menengok kebelakang, ia masih dapat melihat ketiga lawannya dari sekolah sebelah itu, masih berusaha mengejar dirinya dan Ansara. Jika Baraga sendirian tidak masalah, tapi, saat ini dia membawa gadis berbanda merah muda.

Baraga menarik Ansara, untuk bersembunyi di balik Berlin. Mereka sudah memasuki satu kawasan penduduk sekitar.

"Cape,, An, cape." Kata Ansara, gadis itu memegang kedua lututnya.

Baraga mengambil alih ransel coklat, yang bertengger pada punggung Ansara. Cowok itu mencari benda kecil, untuk memulihkan pernapasan gadis kecil di sampingnya.

"Ini, pake. Gue gak mau lo pingsan, karena kehabisan napas," Baraga menekan inhaler itu, Ansara langsung menghirup benda itu sebanyak-banyaknya.

"Mereka sudah tidak mengejar lagi?" Tanya Ansara, gadis kecil itu menengok ke kanan dan kiri.

"Tidak, lo udah enakan?" Tanya Baraga.

Ansara mengangguk lucu, "iya kak,"

Baraga menghembuskan napas lega, syukurlah, jika gadis kecil ini baik-baik saja. Keduanya duduk pada sebuah bangku kayu panjang, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Baraga menoleh ia tersenyum tipis, gadis kecil ini begitu cantik, mau dilihat dari sisi manapun. Pantas saja, seorang Daren begitu menjaganya selama ini. Gadis kecil ini begitu rapuh bagaimanakan sebuah kaca.

"Lo pernah kesini?" Tanya Baraga, memecahkan keheningan diantara keduanya.

Ansara menggeleng, "tidak, An, tidak pernah melihat tempat ini."

"Mau gue kenalin, sama anak-anak disini? Mereka lucu, lo pasti suka." Ajak Baraga, Ansara melebarkan matanya. Gadis itu menyatukan kedua tangannya, terlihat antusias. Bahkan, gadis kecil itu lupa akan perintah Mark untuk diam dan tidak kemana-mana.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang