26. Perpisahan

438 121 134
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اللهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Ali Sayyidina Muhammad.

Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Ali Sayyidina Muhammad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, Tsani telah dinyatakan dapat pulang oleh dokter. Tidak ada lagi pakaian pasien, tidak ada infus yang mengalir di tangan, atau kursi roda saat dia duduk. Tidak ada lagi kelemasan yang dirasakan, semuanya tampaknya telah pulih sepenuhnya. Dengan senyum yang merekah, ia tak sabar menantikan kedatangan seseorang yang akan menjemputnya dari ruang perawatannya.

Senyum Tsani mengambang.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," ucap Ayyana, sosok yang ditunggu kedatangannya.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab Tsani, melihat Ayyana dari atas hingga ke bawah.

Ayyana yang dilihat seperti itu bertanya. "Kenapa?"

Tuk!

Tsani tidak menjawab, dia malah menyentil kening Ayyana yang sekarang posisinya sedang duduk sejajar dengannya.

"Woi Tsani, baru beberapa hari jadi suami sudah KDRT!" protes Ayyana tidak terima.

"Dih, Tsani-Tsani, tidak sopan! Yakin tidak tahu kesalahannya dimana, huh?"

"Apa, sih?"

"Mana cadarnya?"

Mendengar pertanyaan itu, Ayyana langsung meraba wajahnya, benar saja, dia lupa, belum terbiasa.

"Maaf, lupa."

Tsani tidak merespon, dia mengambil handphonenya, mengetikkan sesuatu kepada seseorang, kemudian fokusnya beralih kepada Ayyana lagi.

"Jangan keluar sebelum Yana kesini bawain kamu cadar."

Mendengar kata 'kamu' yang dilontarkan oleh Tsani, Ayyana sedikit malu, walaupun sebenarnya sudah pernah waktu dulu saat di depan keluarga Tsani, tapi itu 'saya-kamu', bukan 'aku-kamu'.

Iya, Tsani mengubah panggilannya setelah Ayyana menjadi istri sahnya, tetapi Ayyana masih belum bisa untuk merubah panggilannya.

"Siap!" jawab Ayyana seadanya, memalingkan wajahnya, menyembunyikan raut malu.

Melihat itu, Tsani langsung memegang dagu Ayyana, mengarahkan kepala Ayyana untuk menatap matanya.

Dengan posisi seperti itu, mata mereka bertemu, Ayyana benar-benar salah tingkah, tidak ada cara lain, dia menutup wajahnya supaya tidak saling bertatapan dengan Tsani.

"Jangan malu begitu," kata Tsani.

"Siapa juga yang malu?" tanya Ayyana mengelak, dengan pose masih menutup wajahnya.

Hehe & Bro [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang