29. Usaha Dimulai

327 85 8
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اللهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Ali Sayyidina Muhammad.

Setelah para perempuan di rumah itu melaksanakan sholat Maghrib, Umi Sanah, Ayyana, Berliana, serta Askana, membentuk lingkaran, bersiap-siap mengaji dan muraja'ah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah para perempuan di rumah itu melaksanakan sholat Maghrib, Umi Sanah, Ayyana, Berliana, serta Askana, membentuk lingkaran, bersiap-siap mengaji dan muraja'ah.

Sedangkan para lelaki, Abi Hasan dan Tsani, tetap di masjid hingga selesai melaksanakan shalat isya'. Eh tidak, setelah selesai kajian rutin yang disampaikan oleh Abi Hasan sendiri.

Setelah para perempuan selesai mengaji dan muraja'ah nya, mereka bercakap-cakap sambil menunggu adzan isya' dikumandangkan.

"Ayyana hafalannya sudah sampai berapa juz?" Umi Sanah bertanya.

"Hehe, malu ah mau kasih tahu." Ayyana menyengir.

"Ya sudah, tidak apa, tapi kamu harus menambah ya? Tsani bisa membimbing kamu."

"Siap, Umi!"

Suasana hening, Ayyana bersyukur masih memiliki Umi Sanah yang masih peduli kepadanya, setidaknya dia tidak merasa asing di rumah barunya ini, dia berharap akan tinggal di rumah ini selama sisa hidupnya, maksudnya, selalu menjadi istri Tsani hingga akhir hidupnya. Bucin sekali.

Berliana dan Aska memutuskan untuk pergi ke kamar mereka, melepas rindu, walaupun memang benar Aska sangat merindukan Ayyana, Yana tahu, Ayyana sekarang lebih membutuhkan Umi untuk mengatasi masalahnya, oleh karena itu, Yana membujuk Aska untuk memberikan ruang antara Umi Sanah dan Ayyana mengobrol berdua.

"Ayyana, mau Umi kasih cara-cara supaya suami Umi bisa baik sama kamu?" tanya Umi Sanah lagi.

Ayyana menegakkan badannya, menatap dengan binar Umi Sanah, dia sangat antusias dengan pertanyaan tersebut.

"Tentu saja, Umi!" Ayyana tersenyum lebar.

"Suami Umi itu tidak jahat kok, dia hanya terlalu sayang kepada anak-anak perempuannya, jika Tsani yang sakit, Umi tidak yakin, beliau akan marah seperti ini,"

Ayyana tertawa, membayangkan Tsani yang menjadi satu-satunya anak lelaki di keluarga ini, tetapi tetap pemenangnya adalah anak perempuan.

"Suami Umi itu, kalau beliau marah, kita tidak boleh ikut marah juga, makin marah nanti beliau, nah kalau beliau diam juga, kita juga tidak boleh ikut diam, ya pasti beliau akan merasa kita tidak berniat untuk meminta maaf kepadanya."

"Jadi, Umi? Kita harus bersikap seperti apa kalau begitu?"

"Kita tidak bisa diam dengan tidak mengeluarkan kata, tapi kita juga tidak bisa banyak mengeluarkan kata. Hal yang seharusnya kita lakukan adalah dengan tindakan yang manis." Umi Sanah tersenyum, beliau sangat mencintai suaminya itu.

Hehe & Bro [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang