Bila dan juga yang lainnya terbangun, terkejut melihat pria asing yang tiba-tiba ada duduk disamping tempat Anjani.
"Bil, itu siapa?"
"Aku juga gatau" Bila berjalan maju untuk melihat siapa pria yang tertidur sembari terduduk disamping Anjani.
"Kak Rafa?" Ucap Bila dengan nada sedikit keras, sampai membuat pria itu terbangun.
Reflek Rafa langsung berdiri, walau dengan tubuh yang sedikit linglung.
"Kak Rafa ngapain disini?"
"H-hah? Ah itu, saya hanya ingin menjenguknya"
Bila terlihat mengerutkan dahinya, "Kakak kenal Anjani darimana? Dan kenapa sampai bisa ketiduran disini? Kak Rafa kapan kesininya?"
Rafa memijat dahinya, "Dia sakit apa?" Tanya Rafa tanpa menjawab satupun pertanyaan dari Bila.
"Jawab dulu" Kesal Bila.
"Bila, dia sakit apa?" Tekan Rafa.
"Bila gamau jawab, sebelum kakak jawab pertanyaan Bila"
Rafa menghela nafas kasar, "Saya kenal dia dari Rian"
"Terus?"
"Apa yang terjadi sampai membuatnya seperti ini?"
"Hish" Desis Bila dengan kesal, "Setelah neneknya meninggal, Anjani ngurung diri beberapa hari, pas aku mau jenguk, dia demam dan kata dokter lambung nya iritasi akibat sering nya telat makan"
"Apakah separah itu?" Bila hanya membalasnya dengan anggukan.
Pasti Anjani begitu tertekan, dimana satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki, meninggal kan dirinya sendirian, tidak ada orang yang selalu ada disampingnya lagi.
"Berarti sekarang Anjani tinggal sendiri?"
====
Sudah beberapa hari berlalu sejak gadis itu masuk rumah sakit, mata yang terus tertutup kini mulai bergerak terbuka dengan perlahan.
Mata nya mengerjap beberapa kali untuk memperjelas pandangannya, ketika melihat sekeliling, Anjani menebak dirinya berada dirumah sakit, tapi siapa yang membawanya kesini?
"Nenek" Ucapnya seakan teringat sesuatu, Anjani berusaha bangun dengan memegang perutnya, karna itulah bagian tubuh yang menurut nya paling menyakitkan.
Anjani berjalan keluar ruangan dengan tertatih, baru beberapa langkah ia berjalan, seseorang menahannya.
"Mau kemana?"
"Nenek"
"Nanti ya, nunggu lo sembuh dulu" Ucap Rian seakan mengerti.
"Gak" Anjani ingin kembali berjalan tapi lagi-lagi Rian menahannya.
"Lepas"
Rian memangku Anjani lalu membawanya kembali masuk, walau gadis itu terus memberontak.
"Nenek lo gak bakal seneng, kalo keadaan lo kaya gini, lo bisa panggil gue kalo butuh temen cerita atau apa pun itu, gue akan selalu ada buat lo"
Anjani yang sudah duduk di atas tempat tidurnya, menatap Rian dalam diam, seharusnya ia senang Rian mengatakan itu, tapi tidak untuk sekarang, seseorang yang sangat ia butuhkan telah meninggal kannya, tidak ada lagi alasannya untuk tetap hidup, karna seseorang yang menjadi alasan nya hidup sudah lebih dulu meninggalkan nya.
"Aku mau ketemu nenek"
"Keadaan lo belum membaik"
"Itu kan lebih bagus, aku bisa lebih cepet ketemu nenek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangan [END]
RandomKetika menyukai seseorang, hanya bisa melihat nya dari kejauhan, dan hanya membayangkan jika bisa bersama nya. Walaupun rasa ini sangat besar, tapi ego ini sama besarnya, hanya bisa menunggu sebuah keajaiban atau takdir. WARNING!!!!18++!!!!!