B26

20 5 0
                                    

Kini Anjani sedang menyiapkan makan siang, walau Arga melarang pun, ia akan tetap melakukannya, dan juga Arum yang masih berada disana pun, ingin ikut membantu.

"Kok bisa ya muka kita mirip"

"Mungkin cuma kebetulan aja"

"Jangan-jangan kita saudara yang terpisah lagi" Ucap Arum dengan nada bercanda, tapi itu membuat Anjani kembali berpikir, apa benar?

"Aku bercanda kok" Ucap Arum kembali, karna melihat Anjani yang hanya diam tak merespon.

"Hah? Gapapa kok. Aku boleh tanya?"

"Boleh, apa?"

"Kamu ketemu Gara dimana?"

Melihat Arum yang hanya diam, membuat Anjani merasa bersalah, "Kalo gamau jawab gapapa"

"Beberapa tahun yang lalu, Gara pernah nyelamatin aku dari kebakaran, karna aku hidup sendiri, Arga yang ngurus aku selama masa penyembuhan, dia juga ngasih aku pekerjaan sebagai sekertaris nya, semenjak itu kita mulai deket"

"M-maaf kalo kamu tersinggung, orangtua kamu kemana?"

"Mereka udah gaada semenjak aku kecil, aku dibesarin dipanti asuhan"

Entah kenapa tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, Anjani memegang erat meja makan itu, kenapa kisahnya hampir sama dengan dirinya.

====

"Hati-hati ya, sering-sering main kesini"

"Iya, lebih seru kalo udah ada keponakan, pasti bakal lebih sering kesini" Ucap Gara.

Tiba-tiba Anjani merasa gugup, Arga merangkul Anjani lalu mengusap bahunya.

"Kalo begitu kita pamit ya, sampai ketemu lagi Anjani"

"Dahh"

"Gausah dipikirin" Ucap Arga pada Anjani, setelah Gara dan juga Arum pergi.

Anjani menyandarkan kepalanya didada bidang Arga, lalu menghela nafas, "Makasih"

"Buat apa?"

"Semuanya"

====

Arga baru saja pulang dari kantor, ketika ia memasuki rumah, dirinya disambut oleh pemandangan Anjani yang tertidur disofa ruang tamu bersama kucingnya.

Ia tersenyum gemas sembari menggeleng lalu mendekati Anjani yang tertidur, ia terkejut ketika melihat tangan Anjani yang diperban asal-asalan.

"Hhhh, ini kenapa lagi?"

"Mochi jangan kemana-mana" Ucap Anjani mengigau dengan memeluk tangan Arga, menganggap nya itu adalah Mochi kucingnya, dan kucing yang sebenarnya entah pergi kemana ketika Arga menghampiri Anjani.

Cukup lama Arga duduk dilantai karna tangannya dipeluk Anjani dan ia tidak ingin membangunkan istrinya.

Anjani yang sedari tadi tertidur mengerjapkan matanya, ia sedikit mengucek matanya.

"Jam berapa ini?"

"Jam 6"

"Hah?" Anjani begitu terkejut mendengar seseorang membalas ucapannya, ia menoleh kesamping.

"Arga, kamu ngapain duduk dilantai?"

"Kamu gamau lepasin tangan aku"

Anjani melihat pada apa yang ia peluk, lalu ia segera melepaskannya, "M-maaf"

"Kenapa dilepas?"

"Aku kira Mochi"

"Emang tangan aku segempal Mochi kah?"

Bayangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang