B23

22 4 1
                                    

"Ah itu, saudara nya maid hamil katanya, iya kan mbak?"

"I-iya iya, soalnya udah nunggu bertahun-tahun katanya"

"Wah pasti mereka seneng banget ya, apalagi udah nunggu bertahun-tahun gitu, sampai in selamat dari aku ya mbak"

"Baik non"

"Eh kamu mau makan kan? Duduk biar aku ambilin"

"Oh iya mbak"

"Kenapa tuan?"

"Tadi siang ngapain kekamar Anjani yang dulu?"

Pergerakan Anjani terhenti, ia langsung melihat Arga lalu melihat maid, ia memberi kode untuk tidak memberitahu nya.

"T-tadi..."

"Tadi aku mau bersihin kamar itu"

"Buat apa dibersihin, kan udah gak dipake"

"Y-ya gapapa, walaupun kosongkan, harus tetep bersih"

"Lain kali gausah, nanti kamu cape"

"Gapapa sekalian olahraga, ini makan"

"Kalo begitu, saya permisi tuan nona"

"Iya mbak, makasih"

"Ayo dimakan"

"Kita gak perlu nunggu bertahun-tahun kan buat punya anak?"

Pertanyaan itu membuat Anjani terdiam, ia bahkan belum bisa berpikir sejauh itu, atau tidak terpikir kan sama sekali, menerima Arga saja begitu sulit baginya, apalagi mempunyai keturunan yang mungkin tanpa dasar cinta dari satu pihak, yaitu dirinya.

Dan ia tau pasti Arga begitu tersiksa, memiliki istri tapi batinnya tidak terpenuhi, tapi ia pun benar-benar belum siap, harus memberikannya pada orang yang tidak ia cintai.

"Arga, maaf"

"Aku selalu sabar menunggu"

====

"Kamu gamau bangun?" Tanya Arga pada Anjani, tidak biasanya gadis itu bangun siang, ini sudah pukul 8, tapi Anjani masih saja diam ditempat tidur.

"Aku lagi males, kamu gak kerja?"

"Aku hari ini kerja dirumah aja. Kamu belum sarapan, ayo sarapan dulu"

"Aku mau tidur aja"

"Apa gak pusing tidur terus?"

"Enggak" Anjani sebenarnya bukan malas tapi ia merasa tubuhnya begitu lemas, dan lagi-lagi punggung nya masih saja terasa sakit.

"Biar aku suruh maid buat ngambilin sarapan ya, kita sarapan dikamar aja"

"Kamu aja, aku nanti"

"Pokoknya enggak, kamu juga harus sarapan" Arga pun segera menelfon maid, dan menyuruhnya untuk mengantarkan sarapan.

"Arga" Panggil Anjani dengan lemas, Arga pun mendekat, tangan Anjani terulur mengelus pipi Arga.

"Kenapa?" Tanya Arga sembari memegang tangan Anjani yang berada di pipi nya.

"Kalo emang kamu mau, aku siap kok"

"Aku gamau kalo kamu terpaksa"

"Arga, aku udah janji bakal selalu patuh sama kamu, dan aku akan serahin semua yang aku punya sama kamu, karna sekarang kamu suami aku"

Anjani menarik tengku Arga untuk mendekat, tinggal beberapa centi lagi bibir mereka menempel.

Arga memundurkan kepalanya, lalu menggeleng kan kepalanya, "Enggak, aku tau kamu belum siap, dan aku juga tau kalo kamu belum bisa nerima aku. Aku gapapa kok nunggu selama apa pun, asal kamu selalu ada disamping aku"

Bayangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang