B8

45 9 2
                                    

"Tolong kasih saya waktu lagi"

"Ini sudah lewat beberapa hari dari janji yang sudah anda buat"

"Jani, mereka siapa?"

"Nenek masuk dulu ya, biar ini Jani yang urus"

"Kalo anda tidak bisa membayar, kami akan mengambil barang-barang berharga anda"

"Kamu minjem uang?" Terkejut sang nenek.

"Nek"

"Buat apa kamu minjem uang? Kamu gak nurutin apa perkataan nenek"

"Bukan gitu"

"Ambil barang-barang, yang sekiranya bisa kita sita" Perintah pria itu pada beberapa anak buahnya.

"Saya mohon jangan"

"Tidak bisa, saya sudah kasih anda kesempatan"

"Ini sepertinya tidak cukup" Ucap anak buah pria tersebut setelah kembali membawa beberapa barang, yang ada didalam rumah Anjani.

"Handphone anda" Pintar pria itu.

"T-tapi"

Pria itu pun mengambil ponsel yang berada ditangan Anjani, "Datang ketempat saya, dengan membawa uang pinjaman anda beserta bunganya, jika ingin barang-barang ini kembali"

"Anjani, untuk apa kamu pinjam uang sebanyak itu?"

"Jani terpaksa, untuk bayar biaya rumah sakit nenek, waktu kecelakaan"

"Yaampun Jani, maafin nenek"

"Nenek gausah minta maaf, ini udah tanggung jawab Jani, dan yang harusnya minta maaf itu Jani, karna gak dengerin apa kata nenek"

====

Keesokan harinya setelah Anjani pulang bekerja, ia mendapat telfon jika barang-barangnya dikembalikan, dan setelah ia bertanya, mereka memberitahu nya jika semua hutang nya sudah dibayar lunas.

Mereka pun tidak memberitahu nya siapa yang telah membayar semua hutangnya.

"Siapa yang udah bayar?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Aku harus cari tau, dan ganti semuanya"

====

Diwaktu yang masih sangat pagi, kini Anjani sedang menyiapkan sarapan untuk nya dan juga sang nenek.

Brughh

Suara yang sangat keras mengejutkan nya, suara itu berasal dari kamar mandi, dan ia baru ingat jika sang nenek disana, dengan panik ia berjalan kearah kamar mandi, lalu mengetuk-mengetuk pintu kamar mandi.

"Nek, nenek kenapa?"

Lama menunggu dan tak ada jawaban dari dalam membuatnya semakin panik, ia berusaha membuka pintu tersebut, dikarnakan pintu terkunci dari dalam, membuatnya sedikit kesusahan.

Brakk

Brakk

Brakk

Dobrakan ketiga, pintu pun terbuka, terlihat sang nenek sudah jatuh pingsan dengan darah di dahinya.

"Nenek!"

"Bangun nek" Ucap Anjani dengan suara bergetar.

"Jangan tinggalin Anjani" Ia mencoba untuk mengangkat tubuh nek Lasmi, tapi dikarnakan tubuhnya yang kecil, ia kesusahan.

"Nenek tunggu sebentar ya, Anjani cari bantuan, tolong bertahan"

Anjani langsung berlari keluar rumah untuk meminta bantuan, "Tolong!!"

Bayangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang