Complicated

11 2 0
                                    

Membuka pintu kelas, Amy menguji keberuntungannya hari ini. Berharap Remy hanya kesal di hari kemarin.

Dilihatnya keramaian di deretan belakang, Alex dan Ronald nampak seperti biasa ricuh. Merasa tenang, Amy mencari sosok Remy. Ketika dilihatnya, Remy biasa saja pada yang lainnya.

Ingin mendekat, seketika dilihatnya Remy melirik ke arahnya, Remy membuang muka setelah itu.

Perih hati ini.

Sangat perih, luka semalam terbuka kembali. Amy berusaha tidak menganggap yang baru saja terjadi.

'Aku dibencinya?'

Sedih hati, tak karuan.
Saat berpapasan, Remy memandang dingin Amy.
Saat Amy menoleh ke arahnya, Remy tak menghiraukan.
Saat berusaha memanggil, Remy menjauh.
Saat ada kesempatan bersama, Remy mamalingkan wajah dari Amy.

'Apa-apaan ini! Mimpi buruk?!'
Amy berharap kenyataan ini tak pernah terjadi.

Kenyataan hari ini sangat mengerikan bagi Amy. Dalam keheningannya Amy merenung akan tingkah laku Remy, yang tak diharapkan pernah terjadi.

"Padahal aku udah bantu dia... tapi dia enggak bakal tahu jasaku."
Amy menghela nafas di dalam perpustakaan, mengingat dirinya telah berjuang melindungi Remy dari tekanan Mira kemarin. Memilih di dalam perpustakaan untuk menghindari kenyataan perih.

***

Beberapa hari terlewati, Amy perlahan-lahan menjaga jarak dengan geng. Amy banyak waktu bersama para gadis rempong saat ini.

Memendam kesedihannya sendirian setiap melihat Remy, berusaha kuat setiap hari. Menyabarkan batin, seolah tak terjadi apa-apa. Memaksakan semua berlalu. Meski sangat pedih. Mimpi indah Amy kemarin lenyap.

"Jadi Amy masih gantungin Oscar nih?" Luna memulai rumpi di kafetaria.
Mereka merasa semua masih baik-baik saja, tanpa mengetahui persoalan Amy dan Remy.

"Sebenarnya Amy suka sama Remy enggak sih?" Ditengah perbincangan salah satu menanyakan hal yang memberatkan Amy.

Amy bohong jika tidak suka dengan Remy, tapi mereka akan mengartikannya sebagai hal yang berlawanan dengan Amy pastinya.

Amy hanya tersenyum merahasiakan perasaannya, membuat mereka menggoda Amy tentang Remy. Anggapan mereka, bagi Amy begitu pun tak masalah. Toh Remy tidak suka dengannya, pikirnya.

Alex menarik Amy dari kursinya. Membuat para gadis rempong marah terhadap Alex, merebut Amy dari mereka. Alex membawa Amy seakan membawa bocah yang tersesat.
Alex mengajak Amy ke titik kumpul mereka biasanya.

Di depan yang lainnya.
"Kamu kenapa sama mereka terus sekarang. Kamu itu di sini aja! Enggak usah sama mereka!" Alex cemburu buta.

Mengetahui hati Alex yang cemburu. Menenangkan Alex, memberikan alasan bahwa berkumpul dengan gadis rempong di sekolah hanya untuk membahas pelajaran demi persiapan ujian. Bukan untuk meninggalkannya.

Tatapan Alex dari murka mulai mereda. Api cemburunya terpadamkan.

Amy meminta maaf pada Alex, menepuk pundaknya. Sebentar Alex hendak merangkul Amy sebagai wujud pengampunannya. Amy kembali ditarik dari belakang. 'Remy?!'

Amy tak menyadari kejadian itu begitu cepat terjadi. Menoleh kebelakang, Amy terkejut, benar Remy yang ada di belakangnya.

Memproses kejadian itu, Amy merasa janggal atas tatapan Remy yang masih dingin padanya.

Melirik pada tangan di pundak Amy yang masih ada. Menyadari itu bukan tangan Remy, hati Amy rontok.

Enggan menoleh lagi ke belakang, Amy menunduk. Tangan di pundak Amy mendekap pada leher. Dirasakan dagu yang bersandar di atas kepala Amy. Amy dipenuhi rasa tak enak hati pada Remy, karena momen itu terjadi tepat di hadapannya.

Chocolate DelayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang