"I love you.."
Suara cowok berkacamata dari seberang, Isyarat tangan membentuk pola hati, diikuti flying kiss sebagai sentuhan terakhir.
"Cieee! cieee!"
Seisi kelas dibuat heboh dengan ulah Oscar, saat melewati kelas Amy sebelum pelajaran dimulai.Para gadis rempong sigap, mendadak jadi wartawan, penuh pertanyaan. Amy berusaha menutupi rasa tersipu malunya dengan sikap bodo amat.
Tertolong guru pelajaran pertama datang memasuki kelas, mengakhiri interview.
- -
"Hey baby." Oscar menunggu Amy di lorong toilet. Amy nyaris takut ngeri, terkejut dengan suara itu. Berjalan mendekat, hendak memaki Oscar atas kejutannya.
Tiba-tiba Oscar merangkulnya dalam dekapan, sambil mengajak berjalan kedepan. Amy kesulitan, berusaha melepaskan tangan Oscar darinya.
Oscar terus berjalan dengan senyuman, memberi sapa pada orang di sekeliling sekolah itu. Amy malu, mengetahui bahwa setelah ini satu sekolah akan salah tangkap.
Oscar selalu iseng mempermainkan perasaan Amy, setelah mengetahui Amy sudah lama memendam perasaan padanya.
***
Hari berikutnya saat jam istirahat, di markas.
Amy mencoba melarikan diri saat Oscar tiba. Alex yang melihat, menghalangi Amy untuk pergi. Alex memberi kode kepada Oscar lampu hijau. Oscar tersenyum mengedipkan mata pada Alex, menggenggam tangan Amy.
"Kamu kok ninggalin aku."
Membalikan badan melihat Oscar, Amy kesal kepada Alex, lalu mencubit telinga Alex kencang.
Alex merasa sakit, tapi tertawa menganggap bercanda."Sini aja sayang, come to papa."
Gaya Oscar membuka lebar tangannya, mempersilahkan Amy masuk dalam dekapannya.Sebelum Amy menghindar, Remy dari belakang Oscar membawa bolpoin menusuk-nusuk pinggang Oscar menggelitiknya. Remy tertawa terbahak-bahak melihat refleks Oscar.
"Oouh.. ouuhh.. aaah.. aahh." Oscar menikmati gelitikan Remy sambil tertawa.- -
Pelajaran di siang hari, kelas yang ramai karena ditinggal guru. Amy asik berbincang dengan Luna, melihat galeri foto di kamera DSLR miliknya. Dari belakang ada yang menggerakan rambutnya. Merasa terganggu, tangan Amy mencari sesuatu di belakang rambutnya, dirasa ada yang bergerak, lalu sigap menangkapnya.
Dicengkramnya tangan seseorang dan bolpoin. Setelah menoleh, Amy tersenyum tidak jadi marah "Mimii..."
Remy menjulurkan lidahnya meledek, Amy mencubit pipi chubby Remy, refleks.
"Hey, yang tadi makasih ya udah nolongin."
Remy hanya menjawab dengan senyum manisnya, memberikan gestur tangan 'Oke' kepada Amy."Pinjem kameranya." Remy meminta kepada Amy. "Kenapa bawa ini?"
Amy menjelaskan akan ada event Valentine sebentar lagi. Dimana Amy sebagai kakak kelas yang hobi fotografi dimintai tolong panitia OSIS untuk mengabadikan kushus momen angakatan kelas 9. Fotonya nanti akan digunakan di buku tahunan saat kelulusan.
'Cekrek, cekrek.'
Remy yang sudah membawa kamera itu menangkap gambar Amy saat tengah berbicara.
Amy beranjak menutupi kamera dengan tangannya, tidak suka difoto.Remy meletakan kamera agar Amy diam. Setelah Amy kembali tenang, 'Cekrek.'
Remy mengambil gambar Amy lagi menggunakan Hp-nya, mengelabui.Dalam tawa, mereka berebut.
Dua insan larut dalam dunia mereka sendiri, tak menyadari mereka menjadi tontonan satu kelas.
Para gadis merasa iri menyaksikan keakraban Amy dan Remy, karena Remy tidak mau berbicara dengan gadis lainnya, hanya dengan Amy saja. Alex dan Ronald di belakang memandang satu sama lain menyadari keharmonisan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Delay
Teen FictionTerus berharap, menunggu, dibuat bertanya-tanya. Amy tak tahu perasaan Remy kepadanya. Tidak percaya diri, takut, dan malu. Bagaimana cara menyatakan perasaan pada sahabatnya? Apa lagi doi sosok cowok cool, cuek, dan pendiam. Amy kesulitan menghada...