Moving On

10 2 0
                                    

"Oscar, bisa tunggu nanti? Kita harus ujian dulu." Amy kembali duduk.

"Yes baby! I do!" Mendengar jawaban itu Amy merasa lega.

Amy membalas dengan senyum manisnya. Membuat Oscar tersenyum lebar. Sorak semua yang dari jauh merayakan. Mereka menggojlok Oscar bergurau.

'Eh... jadinya salah nangkep mereka?'
Ingin membenahi. Amy menarik kembali niatnya.

Ketika melihat mereka yang begitu seru. Memperhatikan Oscar yang terlihat seperti bocah, Amy tertawa geli. Membiarkan mereka menangkap apa adanya.

- -

Salah paham itu berlanjut sampai pada esok hari di sekolah. Desas-desus begitu cepat menyebar.

Amy bersikap tenang, menjalani dengan biasa. Tetapi hatinya bergejolak, jika dengan ini kemungkinan akan kehilangan Remy secara total.

Namun berminggu-minggu Amy tak melihat Remy di sekolah. Amy merasa sedih, tak pantas untuk mengkhawatirkan Remy lagi. Remy sudah tidak membutuhkannya, pikir Amy.

***

Lewat seminggu.

"Kamu udah lihat Remy?"

'Remy udah masuk sekolah?'
Amy tak begitu paham maksud mereka, menghiraukan pertanyaan itu, kembali mengikuti pelajaran hingga berakhir.

Pada jam istirahat, para gadis ribut melihat sosok yang keluar pintu kelas. Amy yang telat menengok, hanya memandang punggung orang berjaket hitam itu. Sontak Amy bertanya kepada mereka. Mereka asik dalam gosip.

"Aah! Amy harus lihat dulu!"

Membuat penasaran, Amy mengarah keluar.

Tak disangka gadis dari kelas lain juga sudah di luar kelas seperti membicarakan sosok itu.
Berjalan menuju kafetaria, Amy tak menemukan apa yang di maksud mereka.

Duduk di bangkunya, Amy berbincang dengan beberapa gadis yang ada di kelas.

"Itu Remy!" kaget mendengar mereka, Amy yang sedang menegak minumannya, tercengang. Sosok yang membuat semua heboh, lewat sekilas di depan mata mereka. Sosok itu adalah Remy dengan versi baru.

'Wow... Remy?' Mata Amy pun terpana mengikuti arah Remy berjalan melewati kelas.

'Damn!'

Melihat Remy yang sekarang, hati Amy merasakan perih. Membayangkan setelah ini akan banyak yang mengincar Remy. Amy tidak rela.

Sedih, Amy merasakan jatuh cinta yang terlewatkan.

Meski Amy sudah menyukai sosok Remy yang chubby kemarin, tapi penampilan kerennya sekarang tidak tertandingi.

Merasa bersalah untuk terpana, Amy terpuruk. Hati Amy masih berdegup kencang, mengingat penampakan Remy yang baru.

'Dia berubah buat siapa?"
'Kalao cuma untuk balas dendam... jahat banget!'
'Sebegitu bencinya?'
Menyesali segalanya, Amy lemas terdiam di dalam kelas.

Seharian Amy tak berani memandangi Remy. Terlalu sakit melihatnya. Benar-benar menyakitkan.
'Kalau bisa, seharusnya cerita ini jadi hati yang bertaut pada sahabatnya.'
'Bukan penyesalan begini...' Amy melamun berandai-andai.

' Amy melamun berandai-andai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chocolate DelayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang