Dilemma

11 2 0
                                    

Menlanjutkan hari-harinya dalam rutinitas kampus. Pekan demi pekan yang tenang terlalui. Dalam tiap hari, bertukar kabar sua lewat chat dan panggilan, pada dua pria-nya. Tapi Amy masih menerangkan pada dunia status single.

Amy masih dalam misi ingin mendekati Remy. Pikirnya jika mendapatkan Remy, yang lain bablas. Tapi jika tidak dapat Remy, ia masih memiliki lelaki cadangan.

Terus mencari-cari waktu untuk dapat berjumpa lagi dengan Remy. Jarak jauh, hanya dapat bercengkrama lewat respon postingan pada instagram. Ingin rasanya menengok Remy di kotanya sekarang. Tapi malu, dan tak tahu harus apa. Amy masih malu-malu untuk blak-blakan dengan Remy yang cool abis. Amy masih tidak bisa meniru taktik Lizy dahulu.

Satu bulan terlalui, hampir frustasi.

Tak mau kehilangan kesempatan lagi. Begitu ingin memastikan perasaan Remy padanya. Segera Amy berencana keluar kota, janjian dengan Ronald. Mengajaknya di hari libur mengunjungi Remy.

Kotanya yang hanya berjarak dua setengah jam. Mereka berkendara dengan mobil Amy. Amy menjeput Ronald terlebih dahulu di kotanya yang satu arah dengan kota Remy.

Hari ini berlagak tamasya ingin mengunjungi pantai yang ada di kota Remy tinggal. Menyusun rencana untuk bercerita sejujurnya pada Ronald, dan meminta Ronald untuk membantunya nanti.

Amy memantapkan niat tujuannya dengan matang.

Sebelum ke arah pembicaraan intinya. Amy bercengkrama dengan Ronald menggali informasi lebih tentang Steve.

Hampir lupa, Amy akan gagal total jika Ronald mengetahui hubungannya dengan Steve.

Begitu mencengangkan baginya, ketika mengetahui saat berbicara dengan Ronald, nampak biasa saat membahas Steve.
Dalam arti, hubungan mereka tidak tersiarkan dalam tim basket.

Amy cukup lega dengan itu, tapi juga meninggalkan misteri dalam pikirannya.

Pembicaraan dengan Ronald begitu panjang, menghabiskan hampir satu perjalanan penuh dari kota Ronald ke kota Remy. Hingga detik ini, Amy belum juga dapat menyampaikan niatnya minta tolong pada Ronald. Masih ragu dan malu, ditambah terhalang cerewetnya Ronald.

Tibalah mereka di kota Remy, mereka hendak menghampiri Remy di kos. Dalam perjalanan ke kos Remy, Amy merasa inilah saatnya untuk menyampaikan semua pada Ronald. Hendak membuka mulutnya ingin mengeluarkan kalimat "Eh... Nald..."

Seketika Ronald yang memegang GPS memandu Amy, terkaget. Dia salah arah. Saking cerewetnya, lalai menyuruh Amy berbelok. Pembicaraan Amy terjeda, Ronald menghubungi Remy hendak menanyakan jalan. Seketika telepon terangkat, dengan loudspeaker mereka menyimak.

"Halo..." suara wanita.

Lantas kedua anak tersesat ini tersentak, saling pandang. Ronald mengecek kontak panggilannya, ia tidak keliru. Benar dia menghubungi Remy.

Melihat itu Amy ciut, seakan mengalami hal horor di siang bolong.

Menjawab wanita itu, Ronald menanyakan keberadaan Remy dan menjelaskan kondisinya yang tersesat. Dilanjut wanita itu berinisiatif menyusul mereka dengan Remy mengarahkan jalan.

Mendengar hal itu, Amy sudah tak dapat mengkondisikan raut wajahnya.
Kesal, syok, patah hati, sedih, kecewa, sakit hati, campur aduk.

Tujuannya buntu.
Sirna harapannya.
Hancur taktiknya.

'Remy bahkan enggak mikirin aku! Buat apa aku ketemu sekarang!'

Lemas sambil menunggu kedatangan Remy. Amy yang masih tidak dapat mengkondisikan dirinya menerima kenyataan, hanya dapat terdiam polos. Menangis dalam batin. Lemas.

Chocolate DelayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang