Tok... Tok...
Mengintip dari jendela, melihat ada sosok pria menunggu untuk dibukakan gerbang. Sosok pria yang tak pernah dijumpai, tetapi serasa sudah pernah mengenalinya. Penasaran. Dalam malam gelap, memutuskan untuk keluar, ingin membukakan gerbang untuk pria itu. Penuh rasa penasaran.
Sesampainya di pintu gerbang, menyapa pria itu. Pria yang tersenyum lebar melihat Amy hendak membukakan gerbang.
Amy masih tak mengenalinya.Seketika menyentuh kedua pipi Amy, wajahnya mendekat. Sentuhannya lembut. Kehadirannya kini sedikit menakutkan. Amy kebingungan, hatinya berdebar-debar.
Tanpa diduga, langsung pria itu menyerang Amy, menghisap bibir Amy sedemikian dalamnya. Ciumannya penuh dengan hasrat. Ketakutan itu dibuatnya sirna, ciumannya begitu nikmat, jelas terasa. Berlanjut.
"Mau ngapain ke sini?" Amy menghentikan ciuman licin itu, lirih bertanya.
Pria itu memasang senyum licik, nampak sedikit seram. "Jangan disini, di dalem aja." Memaksa masuk ke dalam rumah.
Sempat untuk menolak, tapi akhirnya tanpa tersadar dirinya sudah ada di kamar bersama pria itu. Tubuh terdorong ke atas ranjang, pelan-pelan pria itu merangkak di atas tubuh Amy. Melanjutkan ciuman yang terjeda tadi. Terjebak dalam suasana di atas ranjang.
Luar biasa terasa hasratnya. "Aaahhh..."
Nikmat. Menikmati sentuhan lidahnya pada sekujur tubuh. Merangsang. Membuat bawah Amy becek. Tangan pria itu meraba sekujur dada hingga perut, sampai ke bagian bawah. Terangsang.
"I want more..." pria itu berbisik, kuping menjadi panas, merasakan nafas hangatnya. Amy mendesah. Terlihat jelas wajah pria itu dari dekat, Amy mengenalinya "Heins..." Bibirnya turun kebawah menggelitik pada leher Amy, bibirnya menghisap pada leher, Amy keenakan diciumnya berkali-kali di leher. Tangan Amy memeluknya erat. Tak ingin berhenti.
Menggeser paha Amy hingga terbuka perlahan, jarinya membuka dalaman Amy, pria itu seketika menusuk bagian bawah yang nampak sudah sangat becek. Memasuki lubang Amy, begitu nikmat ketika dimasukkan, Amy tak bisa menolak.
Melanjutkan ritme, gerakannya begitu nikmat, menuntaskan libido yang tinggi, menyalurkan semuanya.
"Aahh... aahh... aahh."- -
Mimpi erotis. Hasrat yang tak terlampiaskan.
Alam bawah sadar Amy, memendam hasrat itu. Malam dahulu, Amy memang ingin melanjutkan dengan Heins, tapi memilih menghentikannya. Make sense. Semua itu terpendam hampir tiga tahun. Kini hasrat itu muncul ke permukaan, meminta jatahnya.
***
Masih bengong di atas ranjang, Amy berusaha meluruskan pandangannya yang mulai dikendalikan hawa nafsu.
Alaram smartphone di meja berbunyi. Bertuliskan jadwal mata kuliah dosen killer. Berhasil membawa Amy ke dunia nyata, segera bersiap diri. Tanpa mandi, mencuci muka, sikat gigi, mengenakan pelembab, menggunakan eyebrow, mascara, dan lip matte. Menaiki mobilnya menuju universitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Delay
Teen FictionTerus berharap, menunggu, dibuat bertanya-tanya. Amy tak tahu perasaan Remy kepadanya. Tidak percaya diri, takut, dan malu. Bagaimana cara menyatakan perasaan pada sahabatnya? Apa lagi doi sosok cowok cool, cuek, dan pendiam. Amy kesulitan menghada...