In Tongues

15 2 0
                                    

Butterfly effect.

Amy masih terlena. Serasa mimpi. Akhirnya Heins upgrade hubungan mereka. Resmi berstatus pacaran. Menunggu hal-hal bersama nanti. Berharap hubungan ini diberkahi.

***

Keesokannya desas-desus hubungan Amy dan Heins tersebar. Begitu cepat. Satu kelas Amy heboh merayakan status baru Amy dengan senior beken.

Mata Amy mencari Remy, ingin melihat reaksinya. Remy tak dingin hari ini. Remy tak mengerikan seperti dahulu.

Dibuat terkejut. Melihat Remy mendengarkan sejak tadi, menatap padanya. Terlihat seakan Remy... sedih?

Apakah tidak salah. Remy memberikan senyum tipis, dan menundukan kepala setelahnya. Apa artinya?

Amy merekam penuh detail, pemandangan Remy tadi terekam sempurna, dalam benaknya. Terlihat sangat jelas. Namun makna darinya tak jelas.

- -

Amy menghabiskan waktu istirahat di dekat kelas seperti biasa. Alex dan Ronald yang tak biasa hadir, tiba-tiba menemuinya. Alex nampak seperti banteng. Ronald sedikit panik. Barulah Amy merasa sedikit tegang.

Alex menggeret Amy menjauh dari keramaian. Seperti ada penyidakan untuk Amy.

"Kenapa kamu jadian sama orang itu?" Alex langsung menggertak.

Apakah ada suatu yang terlewatkan olehnya, sampai membuat Alex marah. Sekilas rekaman wajah Remy pagi tadi terlintas. Hati Amy serasa copot.

Kembali Alex bertanya "Hubungan kamu sama Oscar gimana?!"

Tak jadi copot hati Amy kembali ke posisinya.

Amy terenyuh, merasa bersalah, selalu memendam cerita, luput, hal sepenting itu pun belum diceritakannya pada sahabatnya ini.

Menghela nafas panjang, menyusun kalimat yang baik, untuk disampaikan dengan sejelas-jelasnya untuk menjawab Alex. Amy menceritakan kisah kandasnya dengan Oscar, yang sudah 4 bulan berlalu. Juga meminta maaf pada Alex dan Ronald atas bungkamnya selama ini.

"Dasar Oscar payah." Ronald sedikit kesal dan sedikit menahan tawa. Juga merasa kasihan pada Amy. "Tapi aku bisa pahami kenapa kamu enggak cerita, itu kisah yang konyol kan, kamu pasti kesusahan sama Oscar kemarin. Tapi harusnya kamu cerita cepet lah ke kita."

"Nanti aku urus Oscar. Tapi aku tetep enggak setuju kamu sama Heins!" Alex yang mereda kembali naik pitam. Amy hanya bisa diam, tak bisa melawan. Meski sedikit emosi.

Tetapi Amy percaya kawannya ini hanya sangat peduli padanya.

- -

Menanti jam pulang sekolah.

Bell yang berbunyi mengguncang sukacita Amy. Ingin segera menjumpainya. Keluar kelas, Heins menunggunya di depan lorong. Amy berlari menghampirinya. Senang. Tak menduga kejutan ini diterimanya. Semakin mabuk dengan Heins.

Kini mereka berboncengan, Amy setiap pagi berjalan kaki dari rumahnya yang dekat ke sekolah. Hanya untuk dapat pulang bersama Heins.

Mengarah ke rumah Amy, begitu dekat. Saking dekatnya, menggunakan motor baru sebentar sudah sampai. Akan hal itu, Heins mengambil rute berputar sebelum menurunkan Amy. Enggan cepat berpisah. Syahdu berdua mengitari kota dengan motor bobber. Kebersamaan mereka begitu berbunga-bunga.

***

Tiba hari dimana Alex dan Ronald kembali menghampiri Amy. Saat ini mereka membawa seseorang, Oscar. Amy memasang muka bingung. Mempersilahkan mereka masuk di waktu hampir petang ini.

Chocolate DelayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang