2012.
Kawasan sekolah yang sama hanya berbeda gedung dari gedung yang lama. Menuju masa SMA pertama dengan kepercayaan diri. Lingkungan yang tak lagi asing. Guru-guru yang mengenali keluarga. Banyak teman yang sama dari SMP. SMA itu sudah seperti rumah kedua bagi Amy.Seakan menguasai medan, melangkahkan kaki dengan tegas di gate SMA. Tak lagi mengenakan tas berduri nya.
Dalam tampilan elegan. Kepala tegak. Jalan di depan berwarna merah seperti sudah disiapkan untuk Amy catwalk. Penuh pesona. Amy menarik alam ini mengantarkannya melewati setiap insan di sekitar untuk menyaksikan dirinya. Setiap mata terpana. Angin dikendalikannya, angin mengibaskan rambutnya yang panjang, bak iklan shampoo, menambah keanggunannya.
"Hey lihat!"
"Itu yang kamu maksud?"
Junior cantik yang mencuri perhatian di hari pertama. Tentu akan menjadi incaran senior. Amy tak ambil pusing akan hal itu.Menuju gedung serbaguna, penyambutan siswa baru. Amy yang sendirian mencari kumpulan geng nya. Ditengah anak lain berkelompok, hanya Amy yang berkeliaran sendiri dengan hati gembira.
Berjalan dari kejauhan. Lagi-lagi semua mata tak melewatkan Amy. Amy membuat geng kebingungan, pangling. Tiba-tiba merangkul Alex dan Ronald. Mereka terkejut sebentar. Bersuka cita menyadari bahwa itu Amy. Mereka merayakan pertemuannya.
"Oscar! Hey!"
Seperti menemukan sasaran, Amy menyapa Oscar dengan bahagia."Kamu siapa ya? Kita pernah kenal?"
Bereaksi dengan kaku, menjaga jarak dengan Amy. Oscar bertingkah aneh.'Haah? Agak laen ni orang?'
Amy dibuat keheranan. Segitu pangling kah Oscar. Atau ini merupakan respon lemah dari gertakan yang dibuat Amy.Seraya Amy merasa sedang unggul sekarang. Siap menantang Oscar.
"Kamu beneran lupa sama aku?"
"Kamu jadinya pacaran sama siapa lagi?"
Amy menyentuh lengan Oscar dengan tatapan manja. Membuat Oscar tak dapat berkutik.Oscar yang tak kuasa, berpindah tempat. Tak sanggup berdiri di samping Amy. Amy menatap Oscar kesal dan ilfeel.
'Lemah.'
Amy tak lagi menaruh perasaan padanya.Terlintas di pikiran Amy. Apakah saat itu Remy padanya juga karena kesal dan ilfeel?
Kembali terkenang, Amy merindukan Remy. Namun takut dengan kenyataan, Remy sudah benci padanya.
***
Acara berakhir, para murid sudah mulai berpencar mencari kelas masing-masing. Kelas X-C yang dimasuki, Amy bertemu beberapa teman SMP nya, beberapa wajah baru. Amy menyapa setiap anak di kelas dari yang lama dan baru.
Kelas begitu ricuh. Sampai wali kelas datang. Murid duduk rapi. Di saat itu Amy baru menyadari sosok di sampingnya.
"Mimi..."
Terkejut. Sedikit takut.
Amy membendung perasaan dalam hati. Berharap pada keajaiban.Remy melambaikan tangan menyapa dengan cool.
'Whaaa!!'Hati Amy serasa melewati turunan roller coaster. Remy tak duduk di sampingnya secara sengaja, mengingat urutan kursi sudah di atur berdasarkan nomor murid. Sebuah kebetulan yang menakjubkan.
Mendapatkan kesempatan kedua dari langit, yang tak mungkin bisa dilakukan Amy sendiri. Kedekatan mereka serasa di atur kembali Sang Pencipta. Amy merasakan kesempatan ini begitu berharga. Amy harus mempertahankan, berhati-hati. Tidak mau melakukan kesalahan lagi.
Menjaga senyuman manis itu.
Amy memberanikan diri untuk mengajak Remy berbicara. Berhati-hati dengan kalimatnya, Amy menghindari perbincangan yang sentimentil. Tidak mau membahas seputar kenangan SMP, terutama kenangan Valentine itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Delay
Teen FictionTerus berharap, menunggu, dibuat bertanya-tanya. Amy tak tahu perasaan Remy kepadanya. Tidak percaya diri, takut, dan malu. Bagaimana cara menyatakan perasaan pada sahabatnya? Apa lagi doi sosok cowok cool, cuek, dan pendiam. Amy kesulitan menghada...