2015
"Aah apes kan! Dari dulu udah enggak ada yang terima kamu sama Lizy!" Seruan Ronald minta ditempeleng.
Remy menceritakan kisah kandasnya dengan Lizy pada geng.
"Kamu tau enggak sih, dari dulu semua dukung kamu sama Amy tau! Kepincutnya sama Lizy malah!" Ledek Alex.
"Dukung apaan, bantuin aja enggak!" Remy sedikit emosi membalas ledekan terhadapnya.
"Eh... mau kamu? Kirain seleranya Lizy emang!" Alex lanjut meledek, membuat yang lain tertawa.
"Eh!!" Lantas semua yang tertawa berhenti.
"Kamu suka sama Amy?!" Seru Ronald menyatakan pemikiran bersama.
Hati malu menyadari. Remy tak tahu harus memasang wajah seperti apa dihadapan semuanya. Perkataannya meluap sendiri dari emosi. Apa yang diinginkannya tak jelas hingga hari ini.
Berbondong kawanan mengguncang tubuhnya, justru mereka yang salah tingkah. Tak tahu mengapa.
"Jangan kasih tau Amy!!" Serunya tegas.
Menyudahi itu, Remy berusaha tidak salah tingkah, memburu mereka untuk berangkat ke acara reuni.
- -
Wanita cantik dari kejauhan, Amy. Sosoknya menusuk dada ini. Hati ini bergetar, berharap banyak pada pertemuan ini. Tapi malu.
"Tuh... Amy single tuh." Bisik Ronald di sampingnya.
Remy acuh pada hal itu. Menyembunyikan malunya. Harus stay cool. Masih takut, takut Amy sudah memiliki selera dan tipe cowok yang berbeda dengan dirinya.
Apalagi kini terpaksa harus ambil universitas di luar kota untuk menghindari Lizy. Rasanya akan sulit untuk menjangkau Amy kedepannya.
Sedalam hati pun agaknya trauma, setiap menaruh harapan pada Amy, selalu saja patah hati akhirnya.
Namun Remy membiarkan kawannya menggojlok dirinya hari ini, terkait bocor rahasia perasaannya pada Amy.
- -
"Aku udah aturin jadwal besok buat kamu sama Amy! Besok kamu jemput dia ya, temenin dia, nonton aku tanding." Ronald bangga pada dirinya.
"Idih, sama Amy sih seneng, liatin situ tanding males banget. Ogah ah." Remy berusaha kabur.
"Eit... pilih nemenin atau ku bilang ke Amy nih, Remy suka Amy." Ledek Ronald ngancem.
Terpaksa mengikuti alurnya, hanya dapat terdiam, malu, mengontrol diri untuk tenang, meski canggung rasanya.
***
Perjalanan di mobil bersama Amy begitu menegangkan. Tapi diri ini sudah tak mau culun lagi. Bersanding dengan Amy harus dengan keren.
Berhasil mengimbangi pembicaraan, dengan tenang dan santai, perlahan arahnya seru. Nampaknya masing-masing dari mereka mulai terbuka. Tak ada kecanggungan seperti masa SMA kemarin.
Remy menikmati hari ini. Berharap hubungan mereka baik adanya.
Usai acara, menghampiri Ronald di belakang. Hendak buru-buru pamit, pikirnya setelah ini dapat mengajak Amy hang out sebentar.
"Entar sore dateng aja yak!" Paksa sosok yang langsung dibencinya.
Ajakan dari Steve membuat kesal. Kesal kehadirannya menyalakan alaram di benak, seakan orang ini warning. Mengganggu. Apalagi mengetahui jelas pandangannya mengincar pada Amy yang polos ramah. Itu menyebalkan.
Ronald tak juga menghentikan Steve. Membuat Amy masuk dalam acara mereka sore ini. Pupus rancangan Remy mengajak Amy pergi. Malas ikut serta.
'Baru aja enak suasananya, Ronald juga yang ngacau, pake Steve sksd segala. Males...'
Remy malas akan motif Steve, malas mengurusi hal seperti ini. Mana tampang Steve sedikit menyerupainya itu tambah memuakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Delay
Teen FictionTerus berharap, menunggu, dibuat bertanya-tanya. Amy tak tahu perasaan Remy kepadanya. Tidak percaya diri, takut, dan malu. Bagaimana cara menyatakan perasaan pada sahabatnya? Apa lagi doi sosok cowok cool, cuek, dan pendiam. Amy kesulitan menghada...