04. Jambul Ayam

1.6K 78 5
                                    

Masih seperti biasa, meski sudah satu minggu berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih seperti biasa, meski sudah satu minggu berlalu. Hari ini tetap sama saja. Gemini memulai aktifitasnya; kuliah.

Dia keluar kamar dengan pakaian sopan untuk pergi ke kampus. Di tangannya sudah tergenggam sebuah laptop untuk di bawa. Pundaknya juga menggendong tas yang berisi banyak buku mata pelajaran.

Saat keluar, Gemini mendapati kakaknya berada di dapur; tengah memanggang roti. Ia pun duduk di kursi makan, memperhatikan Soraya yang sibuk sendiri tanpa menatapnya.

“Kak Soraya,” panggil Gemini.

Soraya hanya menanggapinya dengan bergumam– tanpa berniat menoleh.

“Aku di ajakin Virgo buat tinggal di apartemennya. Menurut kakak, gimana?”

“Ya terserah. Urus aja hidup lo sendiri. Kita masing-masing,” jawaban cuek itu Gemini dapati. Meski sudah terbiasa, masih saja rasanya sedih.

“Kak, aku mau putus sama Virgo ..., aku nggak mau kalau sampai harus nikah.”

Kali ini Soraya menoleh karena keluhan sang adik. Dia melempar pisau ke arah adiknya, yang untungnya hanya meleset saja. Tetapi sanggup membuat Gemini terkejut sampai mematung.

“Lo mau bikin gue mati di tangan tunangan sinting lo itu? Jangan pernah batalin, ikutin aja apa maunya dia. Lo tinggal jadi anak anjing yang baik. Selama ini, hidup lo juga enggak kekurangan kan kalau sama dia?”

Gemini akui itu adalah fakta. Tetapi, dia lelah dengan posisinya. Seolah berada di kurungan burung setiap hari. Dia harus mengabaikan banyak waktu bersama temannya, karena Virgo tak pernah mengizinkannya keluar untuk bersenang-senang— selain bersama lelaki tersebut.

Bahkan, masa remajanya saat SMA di renggut oleh lelaki itu. Dia jarang mengikuti kelompok karena keinginan Virgo— yang katanya tak suka jika ada lelaki.

Tetapi, itu alasan yang tak dapat di terima. Gemini merasa tertekan.

“Jangan ngeluh. Hidup kita udah aman, karena nggak punya masalah lagi sama keluarganya.”

“Aku bakal tebus hutangnya kak. Aku nggak mau sampai nikah sama Virgo—”

Soraya mendekat, seraya melempar sepotong roti yang baru ia gigit separuhnya. Dia menatap adiknya kesal karena banyak omong.

“Sampai kapan? Sampai lo mati pun hutangnya susah di tebus! Jual diri pun lo nggak akan lunasi semuanya, Gemini.” Egois. Soraya menuangkan semua masalahnya pada Gemini saja.

Soraya menekan dagu adiknya kuat, hingga kuku yang terlapisi kuteks itu menancap di kulit Gemini.

“Lo harusnya bersyukur karena dia cinta mati sama lo. Nikmatin aja hidup lo yang sekarang, jangan banyak ngeluh! Lo tinggal nurut, semua beres.” Soraya melontarkan kalimatnya dengan lugas dan tegas. Dia seolah tak menyadari derita yang adiknya terima. Karena ulahnya.

VIRGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang