16. Hurt

1.1K 72 8
                                    

“Papa, papa~ Igo dapat juara satu di kelas! Kata guru, Igo pandai, karena juara satu terus!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Papa, papa~ Igo dapat juara satu di kelas! Kata guru, Igo pandai, karena juara satu terus!”

Kala itu, Virgo masih berumur 8 tahun. Masih berwajah polos serta tatapan yang masih ingin tahu banyak hal. Masih ceria dan begitu aktif— layaknya anak kecil pada umumnya.

“Baguslah, memang harus gitu.”  Wellington berkata demikian— sembari terus memasang dasinya sendiri di depan cermin kamarnya.

Sedangkan Virgo masih menunggu. Si kecil itu masih menginginkan respon lain yang ia pikirkan. Kedua mata penuh binarnya sangat antusias, saat sang ayah menoleh sebentar— namun ternyata ia di lewati begitu saja.

Virgo kecil mengikuti kemana ayahnya pergi. Anak berusia 8 tahun itu ikut menuruni tangga sambil berlari kecil. Tangannya senantiasa memegang sebuah rapot hasil belajarnya selama 1 tahun penuh itu.

“Papah, Virgo mau dapat hadiah!” serunya bersemangat.

“Okey, papa akan bawakan.”

Lelaki kecil itu bergembira, ia loncat-loncat begitu antusias saat mendengar jawaban sang ayah.

Oh, Igo, my darling, come here.” Itu adalah suara ibunya, yang sudah lengkap dengan pakaian rapih yang sangat elegan.

Begitu mendengar suara sang ibu, Virgo langsung berlari, dan memeluknya semangat.

“Igo dapat juara satu ma!” jelas saja anak tersebut memberitahunya dengan bangga.

Emily tersenyum lebar, mengusap rambut anaknya begitu bahagia. “Good, mama son really have to be smart."

Virgo dengan mudahnya mengangguk. Ia merasa senang karena pujian tersebut —yang memang sedikit terdengar memaksanya untuk bisa. Tetapi, meski demikian, Virgo bahagia, lantaran— baginya, ibunya sudah memberi respon positif.

Oke, we'll meet again later. Mama and papa have to go.”  Kemudian, kening anaknya ia kecup sebentar.

Where are you, ma, pa? Can I go too?” tanyanya — penuh harap.

No, you stay here. Baik-baik ya? Ibu Greta akan menemanimu manis.” Jawaban sang ibu membuat Virgo murung. Bahkan— ia tak di beri kesempatan untuk bertanya dan menaruh harap sejenak.

Anak-anak itu, selalu ingin di yakinkan, selalu ingin di beri kepastian yang menyenangkan. Tetapi Virgo malah di tinggal begitu saja oleh orangtuanya. Mereka pergi tanpa mengajak Virgo, yang saat itu merasa bosan selama 1 bulan penuh.

📎📎📎

Saat kembali, Wellington dan Emily adalah harapan pertama Virgo. Dia begitu antusias menunggu kedua orangtuanya datang yang sudah memberi informasi sejak kemarin. Dua jam dia sudah menunggu di depan pintu, sembari bermain mainan balok di temani bu Greta—pengasuhnya sejak bayi.

VIRGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang