25. Not Love?

902 73 6
                                    

Pada akhirnya Gemini pulang sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya Gemini pulang sendiri. Padahal katanya Virgo akan menjemput, tetapi lelaki tersebut sama sekali tak menghubungi, bahkan nomor teleponnya tidak aktif— padahal Gemini sudah menghubungi berulang kali.

Dan ketika sampai di apartemen, kondisinya sunyi. Dirinya hanya ditemani cahaya lampu dalam apartemen tersebut.

Suara pecahan kaca tiba-tiba saja terdengar. Reflek Gemini menoleh ke arah dapur, dia terkejut bukan main.

Saat langkahnya semakin dekat dengan dapur, Gemini langsung bisa melihat Virgo tengah berjongkok membelakanginya. Lelaki tersebut tengah membereskan pecahan beling.

“Virgo!” seru Gemini. Dia buru-buru menghampiri lelaki tersebut dan mengecek keadaannya.

Sekali lihat, langsung membuat Gemini meringis ngilu. Saat mendapati tangan kanan Virgo dipenuhi oleh darah sampai menetes di lantai.

“Kenapa ....”

Gemini tak melanjutkan ucapannya. Ia tertegun saat melihat kedua mata hijau Virgo yang biasanya menyorot bahagia saat menatapnya— kini malah berlinang air mata. Tidak— tampaknya bukan karena sakit mata, tetapi karena ... Virgo menangis?

“Gue pecahin gelas,” ujar Virgo pelan, sembari terus membereskan kekacauan.

Gemini langsung membantu. Ia membawa plastik dan memasukkan pecahan kaca gelas itu ke dalamnya. Ia juga dengan gesit membawa sapu dan membereskan bagian kecil beling untuk dibuang ke tong sampah.

”Ayo obati tangan kamu.”

Keduanya duduk di sofa ruang tamu. Gemini begitu telaten membungkus tangan Virgo menggunakan perban. Gesit tetapi juga hati-hati.

Setelah selesai, kotak obatnya Gemini letakkan terlebih dahulu diatas meja. Ia menumpu tangannya di kedua paha sambil sesekali menatap Virgo yang hanya diam. Ia menunggu Virgo memulai cerita tentang keadaannya— tetapi lelaki itu tak kunjung membuka suara.

Hingga akhirnya, Gemini memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu.

“Papa kamu ada telepon?”

Begitu syahdu suara itu melantun. Berbicara pelan, syarat akan lawan di depannya begitu rentan— jika Gemini memakai suara tinggi.

“Maaf. Aku bikin kamu kesal?” tutur Gemini lagi. Ia jadi berbicara layaknya seorang ibu pada anaknya karena harus berhati-hati.

“Seru?”

Setelah lama diam. Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Virgo. Pertanyaan itu sudah pasti terarah karena ia pergi bermain tadi. Lalu, lelaki itu mau membalas tatapannya sekarang.

Gemini tersenyum sungguh-sungguh. “Iya, seru. Aku senang banget bisa main bareng mereka.”

Tidak sampai setengah hari— tetapi perempuan itu sudah bisa memiliki kebahagiaan lain. Bagaimana jika nanti Virgo membiarkan perempuan itu bebas selamanya? Akankah posisinya tergeser begitu saja? Tanpa memiliki ruang untuk diutamakan.

VIRGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang