30. Aku Dan Kamu, Terjebak

886 80 23
                                    

"REGANO WELLINGTON!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"REGANO WELLINGTON!"

"TUAN REGANO WELLINGTON YANG TERHORMAT. PUAS LO?! PUAS BIKIN HIDUP DARAH DAGING LO SENDIRI HANCUR!"

Barang-barang mahal di rumah besar keluarga Wellington seketika berhamburan pecah dan melayang kemana-mana, saat Virgo melempar dan membabi buta sebagiannya.

Lelaki itu kini seperti orang tidak waras yang datang-datang mengamuk dan menghancurkan perabotan rumah. Para asisten rumah tangga tidak bisa berbuat apa-apa, karena melarang tindakan Virgo bukan hak mereka rasanya.

"KELUAR, KELUAR, KELUAR!" teriakannya begitu heboh.

Regano yang turun dari tangga tersenyum sinis. Ia menatap darah dagingnya tak habis pikir. Mengapa bisa Virgo melakukan kekacauan seperti ini tiba-tiba? Ingin menganggap anak itu bukan dari rahim istrinya, tetapi nyatanya dia membuatnya sendiri sembilan belas tahun lalu.

"Sudah bermainnya anak kecil?" ucap Regano tajam dan dingin, suaranya menggema di dalam rumah besar yang hening.

Pria itu balas menatap mata elang anaknya yang berdiri sudah dengan tangan bercucuran darah.

Yah, itu akibatnya sendiri.

"Kenapa anda membuat saya seperti ini tuan Regano Wellington?"

Satu alis Regano terangkat. Ia siap meladeni Virgo.

"Kenapa anda membuat saya memiliki sifat haus kasih sayang huh? Kenapa anda dulu membiarkan saya mengalami kesendirian?" ucapan yang lirih itu membuat Regano menatap lurus pada anaknya.

"Anda tahu apa yang anda lakukan itu berakibat untuk saya? Saya yang mengalami gangguan mental, saya yang mengalami ketakutan, saya yang mengalami kesendirian. Semuanya karena anda dan istri anda itu!"

"Saya sering bertanya sendiri. Mengapa dulu anda dan istri anda sering meninggalkan saya? Lalu kenapa anda harus melakukannya? Atau karena saya yang tidak pantas jadi anak kalian? Lalu kenapa kalian menginginkannya?" Suara Virgo ter-jeda. Tenggorokannya tercekat dan langsung menunduk- menyembunyikan air yang turun dari matanya.

"Aku cuma mau di anggap saat itu. Butuh diperhatikan, butuh diberikan kasih sayang. Butuh yang namanya kehangatan keluarga. Tapi kalian berdua ... nggak pernah kasih." Virgo mendongak lagi- menatap netra pria yang memilih untuk menghadirkannya ke bumi.

"Kenapa ... apa papa nyesal punya seorang anak? Terlebih anak itu, aku." Di belakang Regano, ada Emily yang menangis di kursi roda.

Dengan cepat, wanita itu menghampiri Virgo dengan kursi rodanya. Menarik tangan anaknya untuk ia genggam erat.

"Tidak, tidak, kami tidak pernah menyesal memiliki Igo. Jangan berbicara begitu, tolong jangan ...."

Virgo menarik tangannya kasar. Ia menatap dengan sorot penuh kebencian kearah ibunya sendiri.

VIRGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang