09. Mulai Penasaran

1.1K 60 2
                                    

Di tempatnya, Virgo menunggu sambil sesekali menengok ke gerbang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tempatnya, Virgo menunggu sambil sesekali menengok ke gerbang sekolah. Dia menunggu Gemini hari ini. Entah kenapa, tetapi itu adalah keinginan hatinya sendiri. Kontrol dirinya seolah tak berjalan.

Mengetuk-ngetuk kaki ke tanah, Virgo menunggu agak cemas dan bingung kehadiran Gemini. Cemas, takut gadis itu ternyata tidak datang. Bingung, karena dia bertindak impulsif.

Virgo menatap jam tangannya, sudah pukul 16.46, biasanya gadis itu akan keluar pukul 17.00.

Virgo selama ini mengamati. Meski tidak terlihat jelas.

Laki-laki berseragam biru putih itu menunjukkan raut terkejut, juga gembira – meski pada akhirnya raut itu ia sembunyikan. Jantungnya tiba-tiba berdetak. Prediksinya benar, tepat pukul lima, gadis itu keluar gerbang bersama teman-teman organisasinya.

Saat Gemini menghampirinya sendirian – lebih tepatnya untuk menunggu angkutan umum. Saat itu, Gemini langsung tersenyum ke arah Virgo, melambai tangan dan mengucapkan 'hai' dengan riang.

“Virgo, kenapa masih disini?” Gemini bertanya, sambil duduk di bangku tunggu.

Mereka sudah berkenalan saat Virgo mengantarkan pulang. Lalu, memutuskan untuk berteman. Meski saat itu, hanya Gemini yang tampak antusias karena bangga berteman dengan Virgo yang memiliki wajah tampan.

“Nunggu lo.”

“Hah? Aku? Kok nunggu aku? Kenapa?” Pertanyaan beruntun tak mendapat jawaban dari sang lawan — yang saat itu hanya diam menatap jalanan.

“Kenapa? Kenapa nunggu aku — eh, jidat kamu berdarah lagi Virgo! Yaampun ... sini cepat, aku ganti perban-nya!"

Virgo memegang dahinya. Memang, ada cairan darah disana. Bibirnya berkedut, Virgo diam-diam melengkungkan senyum kecil, tanpa di ketahui. Luka itu, ia yang membuatnya sendiri agar berdarah.

“Ini perban yang kemarin? Kok belum di ganti?”

Gemini bertanya, setelah sadar pada perban dan plester bermotif sama seperti kemarin; yang masih menempel di pelipis Virgo.

Huum. Males.”

“Ganti gini doang masa males sih? Ini kan luka kamu sendiri, biar lukanya cepet kering tahu," cerocos Gemini tanpa sadar. Layaknya dua orang yang sudah akrab satu sama lain.

“Nah, selesai. Besok ini masih harus di ganti. Lukanya malah ada baru lagi tuh, kamu kalau main hati-hati, jangan sampe jidatnya kepentok lagi.” Karena Gemini kira, berdarah itu adalah karena terbentur sesuatu.

“Gue nggak punya kotak obat,” ujar Virgo tiba-tiba.

“Hah? Serius? Di rumah kamu nggak ada?”

VIRGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang