😺😺😺
Fanny Delaney, seorang dokter berusia 25 tahun. Gadis yang sering kali ditanya kapan menikah itu sangat mencintai stetoskopnya. Memiliki keluarga yang menuntut kesempurnaan. Meski begitu ia tetap merasakan kebahagiaan. Ia lebih memilih disuru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis berusia 25 tahun itu memasuki cafee milik temannya dengan malas. Sungguh ia ingin menghabiskan liburannya di rumah. Tapi temannya itu meminta untuk datang.
"Apa yang ingin kau katakan? Cepatlah, aku ingin berbaring di rumah." Ujarnya seraya duduk dan meminum pesanan temannya.
"Aku hanya libur sekali seminggu, dan kau menyuruhku untuk mengahabiskannya di luar rumah? Aku sungguh lelah , Kae." Ujarnya datar.
Kaelia menghembukan nafasnya kasar, "Jika kau selalu di rumah, dimana kau akan berjumpa dengan jodohmu nanti?"
"Kau pasti disuruh oleh ibuku kan? Bilang padanya, anaknya ini masih ingin kencan dengan stetoskop. Jangan menyuruhku berkencan!" Ujarnya seraya beranjak dari kursi.
Fanny Delaney, dokter berusia 25 tahun itu terus-terusan diteror keluarga dan temannya untuk menikah. Dalam hatinya tidak pernah terbesit rasa ingin mempunyai pasangan dalam waktu dekat ini.
Kenapa? Karena dia masih ingin fokus pada karirnya. Susah payah dia sampai di titik ini dan mereka menyuruhnya menikah? Tidak, dia belum siap. Dia masih ingin menikmati hari-harinya yang bebas, tentunya dengan stetoskop kesayangannya itu.
Kebebasan memang tujuannya dari awal. Dari dulu dia selalu dikekang agar terlihat sempurna oleh orang tuanya. Dia bekerja keras mewujudkan mimpinya dengan harapan tidak ada lagi kekangan nantinya.
Tentunya tidak semudah itu. Walaupun sekarang dia sudah tinggal sendiri, tapi tetap saja ada kekangan dari ibundanya tercinta. Bahkan perihal menikah ditentukan oleh ibunya. Ayolah, dia sudah besar. Jangan berusaha membuat dirinya terlihat sempurna lagi. Ia sudah cukup lelah selama ini.
😺😺😺
Hari ini harusnya Fanny berbaring di kamar dengan membaca novel. Tapi hal itu tidak terealisasikan karena pertemuan mendadaknya dengan Kaelia. Alhasil dia memilih ke perpustakaan kota, setelah keluar dari cafee tadi.
"Lebih baik aku di rumah sedari tadi, mengapa mereka begitu ingin ikut campur dengan urusanku?" Gumamnya saat melihat-lihat buku di rak perpustakaan.
"Huh! Apakah tidak melelahkan mengurus urusan orang lain?" Ujarnya sinis.
"Bisakah kau diam? Gerutuanmu itu sangat mengganggu ketenangan." Ujar seseorang yang berada tak jauh darinya.
Dia menatap laki-laki dengan rambut perak itu dengan tatapan datar yang dibalas lebih datar. Dia langsung saja beranjak ke tempat yang jauh dari sana.
"Lihatlah si rambut perak jamet itu! Mengapa dia mewarnai rambut dengan warna itu? Mengganggu sekali." Ujarnya tak kalah sinis dari tadi.
Ada apa dengan orang ini? Sejak tadi marah-marah tidak jelas.
Saat melihat-lihat novel dia mengambil satu buku yang dirasa bagus baginya. Novel tersebut bejudul Beautiful Lady. Sepertinya isinya akan menarik. Dia sudah melihat sedikit dari prolog dan tentu beberapa halaman lain yang dibaca acak olehnya.
Dia membawa buku itu ke penjaga perpustakaan untuk meminjam dan membawanya pulang.
"Pak, aku ingin meminjam novel ini. Aku akan mengembalikannya minggu depan." Ujarnya seraya menyodorkan novel tersebut.
Penjaga perpustakaan menerimanya dan mulai mencatat ke daftar pinjam. Ia sesekali melihat ke arah Fanny yang tengah fokus dengan ponsel.
"Ambillah, semoga kau senang." Ucapnya datar.
"Terima kasih." Ujar Fanny seraya berlalu dari sana.
😺😺😺
Ketika sampai di rumah, Fanny langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dia langsung mengambil novel di atas meja dan membawanya ke kasur dan merebahkan diri.
Ia berniat untuk membaca novel itu dan menamatkannya sampai nanti malam. Baru selesai beberapa halaman, ia tiba-tiba ditelpon oleh pihak rumah sakit dan diminta untuk datang ke rumah sakit.
Alasannya tidak jauh-jauh dari tidak ada dokter yang bisa menangani pasien tersebut. Dikarenakan banyak dokter mengambil cuti hari ini.
Dia tergesa-gesa menjalankan mobilnya ke rumah sakit. Semoga saja dia bisa datang tepat waktu.
"Hari libur apanya? Jika tau begini, aku akan memilih diam di rumah sedari tadi." Ujarnya menjambak pelan rambut sebahu miliknya.
Rumah sakit sudah di depan mata, hanya perlu melewati satu persimpangan lagi. Sebelum akhirnya mobilnya dihempas dari samping oleh mobil lain.
Hal itu tidak dapat terelakkan olehnya. Dia menatap satu persatu orang yang mulai berkerumun, berusaha mengeluarkannya dari mobil. Untung saja rumah sakit tinggal beberapa meter lagi.
Setidaknya aku tidak akan kehabisan darah nanti. Batinnya sebelum benar-benar menutup matanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thank You
Lagu hanya sebagai pelengkap ya teman-teman. 🫡
Terima kasih telah membaca. Sampai jumpa di part selanjutnya.🫶