🌟
.
.
."Gimana kalau taruhannya kita tambahin?"
Elior menghentikan tawanya. Ia memiringkan kepala sambil menaikkan kedua alisnya.
Ancel langsung tersenyum miring."Ajak pacaran 3 bulan. Di bulan ke tiga ajak dia tidur baru putusin. Entar taruhannya nambah"
Mendengar itu Elior tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya. Hei! Dia memang brengsek. Tapi bukankah ini keterlaluan? Kenapa hidupnya ternyata dikelilingi manusia gila?
"Kenapa? Lo takut?"
"Bukannya berlebihan buat sekedar taruhan?" tanya Elior. Ancel terbahak dengan pertanyaan itu.
"Nggak usah sok suci deh. Bisa juga lo nyewa jalang. Tidur sama pacar sendiri apa masalahnya?" ujar Ancel dengan nada iseng.
Akhirnya Elior mengangguk setuju.
...
Hari sudah sore dan jam menunjukkan puluk 17.00. Sekolah sudah sepi sejak dua jam lalu. Namun empat orang gadis nampak baru keluar dari bangunan sekolah. Alasannya tak lain tak bukan karena membantu sahabat tercinta mereka yang selalu membuat ulah itu membersihkan perpustakaan.
Si pelaku nampak berjalan di depan bersama Loly dengan riang menuju parkiran. Sementara Abel dan Flower berjalan di belakang. Wajah dua orang itu benar-benar suntuk.
"Buang temen sendiri ke sungai belakang sekolah di penjara nggak sih?"
Flower melirik abel dan mendengus. "Kalau nggak dipenjara, udah gue buang dari dulu pertama kenal!"
Tiba-tiba, sebuah suara membuat langkah keempat gadis itu terhenti.
"Non Estelle! Tunggu sebentar!"
Keempatnya menoleh pada Pak Budi, satpam sekolah yang nampak berlari kecil ke arah mereka. Ia lantas menyerahkan sebatang coklat dan sebuah boneka beruang putih pada Estelle.
"WOW! BAPAK NEMBAK EL? PAK SADAR PAK! BAPAK UDAH PUNYA ISTRI SATU ANAK DUA PAK!" pekik Loly begitu kencang.
Andai saat ini ramai, pasti mereka sudah menjadi pusat perhatian nyaris satu sekolah.
Pak Budi menggeleng panik dengan tuduhan itu.
"Bukan non! Tadi den Elior yang nitip ini ke saya soalnya non Estelle ditungguin dari jam pulang sampai jam empat enggak keluar juga. Saya cuma disuruh ngasih ke non Estelle saja non," jelas Pak Budi dengan raut panik yang tercetak jelas.
"Oke makasih Pak. Kami duluan ya Pak," ujar Estelle ramah dan tak mau berlama-lama di sana, atau Loly akan heboh lagi.
"Widih! Kak Elior suka sama lo ya kayaknya? Lumayan El, dia perfect loh." Abel menyenggol lengan Estelle setelah mensejajarkan langkahnya.
"Kak Elior jomblo juga loh El," timpal Loly.
Estelle hanya mangut-mangut.
"Jangan cepet baper El. Lo ketemu dia baru tadi pagi kan? Aneh aja orang bisa suka dalam waktu secepet itu."
"Pikiran lo jelek mulu Flo." Abel merangkul pundak Flower sambil terkekeh.
Ia tadi pagi memang kaget dengan Estelle yang tiba-tiba terlihat berbicara santai dengan Elior dan Ancel di kantin. Tapi menurutnya tidak buruk juga jika sahabatnya itu dekat atau bahkan jadian dengan Elior. Siapa tau bisa normal sedikit kalau punya pacar hehehe.
"Dia dendam kayaknya gue panggil Lior makanya ngeracun lewat coklat. Terus mau bunuh gue pakek boneka. Entar malem bonekanya jalan-jalan bawa pisau kek anabel. Ya nggak Bel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLE -La dernière lumière pour l'étoile-
Roman pour Adolescents⚠️Bukan lapak untuk plagiat! ⚠️Terdapat adegan kekerasan dan 17+ di beberapa bab. Yang merasa tidak nyaman silahkan diskip ke bab lain ya sayang! "Yang kamu maksud happy ending itu seperti apa sih? Dan sad ending juga seperti apa? Nggak ada bahagia...