✨️25 Jam Terakhir

19 9 0
                                    

Jujur aja aku nangis setiap bikin part-part akhir tentang Elior. Tapi di part ini baru bisa ketawa.

Huhuhu yaudah jangan lupa vote dan komentarnya ya makasii!


🌟
.
.
.



Estelle berjalan memasuki unit Flower. Ia tersenyum miris. Terakhir kali ia menyambangi tempat ini, ia disuguhi omelan Flower karena dirinya yang menghadiahi boneka hamster untuk Flower.

Matanya menyapu ruang tamu yang nampak sepi. Bayangan Flower yang sedang tertawa dan berceloteh di sana muncul membuat senyum Estelle merekah sempurna.

Ia berpindah pada kamar tidur sahabatnya. Pandangannya langsung terpaku pada boneka hamster yang duduk manis di samping bantal Flower.

“Bilangnya jijik sama bentukan hamster. Dibawa tidur juga ternyata,” gumam Estelle.

Seolah teringat sesuatu, Estelle bergegas menuju meja belajar Flower. Ia menghidupkan komputer yang ada di sana sembari mengeluarkan flashdisk milik Flower yang diberikan Gilang 2 hari lalu.

Flashdisk itu hanya berisi dua folder. Yang pertama berisikan foto-foto Flower bersama Estelle. Dan yang kedua berisikan sebuah video.

Estelle membuka video tersebut. Sesuai dugaan, itu adalah video Flower.

Kebiasaan Flower yang sangat Estelle hafal. Gadis itu selalu mengucapkan sesuatu melalui video jika tidak berani
mengatakannya langsung.

“Halo Liora! Hehe gue panggil lo pakek panggilan masa kecil lo lagi nggak apa-apa ya?”

Estelle terkekeh melihat bagian awal dari video yang direkam di ruang tamu itu. Sepertinya sahabatnya merekam video saat pulang sekolah jika dilihat dari seragam yang masih melekat di tubuh Flower.

“Gue mau bikin pengakuan dosa nih cil. Tapi lo janji jangan marah. Ah elah kalau lo liat video ini kan berarti gue udah nggak ada. Mana mungkin lo bisa marah. Paling juga lo nangis. Ya nggak? Soalnya nih cil, kalau gue selamat, gue nggak akan biarin lo ngelihat video ini! Malu anjir!”

Benar apa yang Flower katakan. Estelle kembali menangis meski bibirnya tersenyum melihat tingkah Flower di video itu yang nampak begitu santai.

Padahal Estelle tau Flower sendiri sedang ketakutan. Mata Flower mungkin bisa membohongi orang lain
tapi tidak dengan Estelle.

Estelle menyimak semuan penjelasan Flower yang sama persis dengan yang Gilang ucapkan. Sesekali ia dibuat tertawa kala Flower mencoba bertingkah atau berucap konyol di video itu. Meski begitu, hatinya sakit mengingat fakta sahabatnya sudah tiada.

“Heh Liora cengeng. Gue tau lo lagi nangis. Gue minta maaf ya gue egois. Gue nggak bisa kalau harus ngalamain kehilangan lagi. Rasa sakit waktu kehilangan ayah sama bunda bahkan masih ada sampai sekarang. Gue nggak sanggup kalau nantinya harus kehilangan lo atau Kak Andin. Jadi kalau gue kenapa-kenapa maaf ya. Gue tau gue egois dengan nyelamatin perasaan gue sendiri dan ninggalin luka ke lo dan Kak Andin dengan kepergian gue. Maka dari itu maafin gue ya?”

Estelle menggeleng. Ia menyeka kasar air matanya.

“Lo nggak egois. Tapi lo bodoh! Harusnya yang lo selamatin itu kakak kandung lo bukan malah ngorbanin diri lo!” ucap Estelle pada layar komputer yang masih menampilkan sosok Flower.

“Oiya Liora, gue pikir Reine singa gila itu nggak buruk lo jadiin sahabat. Gue selama ini ngawasin dia diem-diem. Dan gue yakin baik meskipun mulutnya pedes gengsinya setinggi angkasa. Jadi gue harap meskipun gue pergi, lo jangan ngerasa sendirian ya? Masih ada permen, anabelle dan lo bisa coba bersahabat sama singa gila itu.”

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang