✨️Pengakuan

51 29 0
                                    

Vote dan komentarnya jangan ketinggalan ya! Aku maksa loh hehehe😈.
Happy reading🔥!

🌟
.
.
.

“ESTELLE!”

Elior langsung menghampiri gadisnya dan memeriksa tubuh gadis itu. Ia beralih pada telapak tangan Estelle. Baik tangan yang diperban maupun yang tidak, keduanya tak ada luka.

Mengerti apa yang dikhawatirkan kekasihnya, Estelle terkekeh kecil.

“Tadi ada kucing di deket motor Kak Kevin kakinya berdarah. Baru aku lap udah lari aja kucingnya. Ini baru mau buang tisue bekasnya,” jelas Estelle lembut sambil menunjuk tempat sampah di dekat Ancel.

Mendengar penjelasan itu, Elior segera memeluk Estelle dengan perasaan lega. Ia sudah sangat ketakutan tadi. Ia takut jika gadisnya ini mendengar apa yang dia bicarakan dengan Ancel dan salah paham. Di tambah tisue berdarah itu membuat ketakutannya berkali lipat, karena gadis ini terlalu ceroboh baginya.

“Hadeh dia nggak kenapa-napa. Faro nggak sempat ngapa-ngapain dia. Tenang aja El. Bucin dasar!” ujar Kevin yang salah mengartikan ketakutan Elior. Ia geleng-geleng sendiri melihat tingkah Elior.

Sementara Ancel, ia tak tau harus apa. Dirinya sibuk mengamati wajah Estelle yang terlampau tenang. Tak bisa ditebak apakah gadis itu mendengar percakapan mereka atau tidak.

“Gue balik duluan” pamit Elior diangguki kedua rekannya.

“Lah baru satu jam udah mau balik?” tanya Estelle kaget.

Elior terus menggandeng tangan mungil itu dan menuntunnya menuju motor hitam miliknya. Lalu ia membungkuk mensejajarkan tingginya dengan Estelle. Ia menghela sejenak.

“Aku mau ngomong sesuatu di rumah”

Estelle mengernyit mendapati wajah risau Elior. Namun ia tetap mengangguk.

...

Sepanjang perjalanan yang memakan waktu 10 menit itu, tak ada satupun yang bersuara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Atau lebih tepatnya Elior sibuk dengan pikiran rumitnya dan Estelle sibuk memikirkan nama untuk kedua hamster yang sejak tadi masih anonim itu.

Elior memantapkan hati untuk terus terang pada gadisnya. Ia tak mau di masa depan hubungannya dengan Estelle retak karena hal ini.

Apapun yang akan dilakukan Estelle nanti akan ia terima. Baik gadis itu akan memakinya sekalipun ia terima. Asalkan bukan meninggalkannya. Ia tak akan membiarkan gadis itu pergi dari sisinya.

Tak mudah bagi seorang Elior untuk membuka hati dan merasa nyaman dengan seseorang. Sejak awal bertemu, meskipun sempat kesal pada Estelle, Elior dapat merasakan perasaan berbeda yang membuatnya nyaman bersama gadis ini walau awalnya harus dibuat emosi dulu.

Dan semakin mengenalnya, Elior semakin menyayangi gadis ini. Ia seolah menemukan rumah yang telah lama hilang. Elior tak mau kehilangan lagi untuk ke tiga kalinya.

...

“Kamu kenapa sejak tadi deim hmm?” tanya Elior pada Estelle yang duduk di sampingnya dengan wajah masam.

“Bentar, ini harus banget ya ngobrol di atas kasur di dalem kamar begini?”

“harus” jawab Elior tegas.

Estelle mendesah kesal, “Harus banget dikunciin juga kamarnya?!”

“Harus” ujar Elior lagi. “Kamu kenapa dari tadi diem?”

Kembali berpasrah diri pada tingkah aneh Elior, Estelle terus menekan emosinya. “Mikirin hamsternya mau dinamain siapa!”

“Aku buang ya hamsternya?” kesal Elior. “Kamu mikirin hamster mulu!”

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang