✨️Beruang Kutub

36 21 1
                                    

Hai Hai semua!
Gimana kabar kalian hari ini?! Baik? Atau ada yang lagi kacau harinya?
Nggak apa-apa. Nggak setiap hari harus berjalan lancar. Masih ada besok yang bisa diubah lebih baik lagi. Ya nggak? Ya nggak? Hehehe.

🌟
.
.
.

Hari demi hari berlalu. Waktu terasa begitu cepat berputar bersama dengan banyaknya kejadian yang hadir. Permasalahan Estelle dan Elior pun mulai terkubur. Begitupula dengan kehadiran Raya yang tak lagi dipedulikan Elior.

Hubungan kedua manusia yang nyaris kandas karena kehadiran seseorang dari masalalu itu, kini kembali membaik. Lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

Namun tetap saja, kebencian teman-teman Estelle terhadap Elior belum hilang barang sedikitpun. Tak hanya pada Elior, Raya juga mendapat kebencian yang lebih besar. Gadis itu bahkan dikucilkan di kelasnya akibat pengaruh Vallen. Dia hanya memilili seorang teman, yaitu Celline.

Estelle sendiri meskipun masalahnya dengan Elior selesai, namun tetap saja tak mendapat ketenangan hidup yang ia idamkan. Ia terus direcoki Bu Dina dan membuatnya selalu berurusan dengan Faro. Juga kehadiran sosok baru yang sedikit membuatnya binggung. Siapa lagi kalau bukan Leon.

Pria itu sering kali muncul tiba-tiba saat dirinya sedang kesulitan sendiri.

Misalnya dua hari lalu. Dia terpeleset di depan toilet dan pria itu menyeretnya tanpa kata menuju UKS, lalu mengobati dan pergi begitu saja setelah berucap satu kata, ‘ceroboh’.

Lalu kemarin saat dirinya hendak menemui Bu Dina untuk menyerahkan lembar soal yang sudah ia kerjakan. Kepalanya nyaris terkena lemparan bola kalau saja pria itu tidak menghadangnya. Bola itu berakhir mengenai punggung kakak kelasnya itu.

Estelle sedikit ngeri sebenarnya, rasanya kakal kelasnya itu seolah mengawasinya terus. Bagaimana bisa Leon selalu muncul saat dirinya dalam masalah!

Namun ia tak mau menceritakan pada siapapun termasuk Elior. Manusia-manusia di sekitarnya sedang berlebihan padanya. Ia sudah cukup pusing dan tak mau menambah masalah.

“Woi Estelle ngelamun aja! Buruan kerjain! Olimpiadenya tiga hari lagi!” sentak Faro.

Keduanya kini berada di perpustakaan sejak jam ke dua. Estelle sudah memutuskan untuk menerima tawaran olimpiade itu berkat bujukan Elior yang setiap malam menceramahinya sebelum tidur. Dongeng tidur ala pria itu.

Soal Faro yang mengikuti olimpiade itu, ya karena selama ini dialah yang selalu maju untuk olimpiade ekonomi walaupun dari kelas IPA.

“Galak amat sih! PMS?” gerutu Estelle.

“Bagi tugas aja, Kak Faro ngerjain yang hitungan, gue hafalan.”

“Bocil lu cari enaknya doang ya. OGAH!”
Estelle memejamkan mata kala Faro berteriak tepat di telinga kanannya.

“Untung kakak kelas,” gumam gadis itu namun masih dapat didengar Faro.

“Kalau bukan kakak kelas mau apa?”

“Mau gue gigit!” balas Estelle sengit. Matanya melirik sinis pada Faro yang berwajah tengil. Dasar siluman bunglon!

“Gigit sini kalau berani!”

Tanpa basa basi Estelle menggigit lengan Faro hingga orangnya memekik sakit. Gigitan itu memberi bekas merah dengan cap gigi yang begitu jelas.

“WOI SAKIT! Kesurupan anjing ya lo!”

“FARO KAMU KALAU BERISIK SEKALI LAGI KELUAR DARI SINI!”

Suara menggelegar dari Pak Bambang penjaga perpustakaan menghentikan perseteruan keduanya. Estelle terkekeh puas tanpa suara. Sementara Faro memasang wajah tidak terima. Kenapa hanya dia yang disalahkan! Ia ingin protes, namun ucapan Estelle menghentikannya.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang