🌟
.
.
."-lo terlalu sibuk dengan dunia lo sampai nggak ngelihat orang-orang disekitar yang sayang sama lo-"
Estelle memandang seluruh ruang makan yang begitu sunyi. Helaan napas berat keluar dari mulut gadis itu. Ia menatap tak minat pada makanannya malam ini. Masih sama seperti tadi pagi, sup ayam buatan Leon yang masih tersisa setengah panci.
Mengingat pria itu membuat hati Estelle sedikit tersentil.
“Gue nggak pengen ngerepotin siapapun. Dan tentang dia yang nolongin gue itu juga bukan permintaan gue, itu kemauan dia sendiri. Bukan nggak tau terimakasih, tapi rasanya sakit aja dikatain kayak tadi pagi. Apa gue yang terlalu sensi? Bahkan Kak Leo juga ngatain gue beban. Apa gue bener-bener beban bagi orang lain?” gumamnya sembari mengaduk-aduk mangkok berisi sop di depannya.
Estelle mengecek ponselnya. Ia berharap Elior mengiriminya pesan sekedar menanyai keadaannya, namun lagi-lagi harapannya pupus. Ia ingin mengirim pesan terlebih dulu pada pria itu, tapi Estelle takut Elior masih marah.
Estelle sendiri pun masih sakit hati dengan perlakuan dan perkataan Elior. Tapi ia tidak mau kehilangan pria yang amat dicintainya itu.
“Gue mesti selesaiin satu-satu masalahnya. Mulai dari Leon.”
Setelahnya, Estelle bergegas keluar menuju unit sebelahnya.
...
“Ngapain?”
“Gue mau ngomong,” cicit Estelle.
“Lo udah ngomong.”
Estelle melemparkan bantalan sofa dan mendarat tepat pada wajah menyebalkan Bianca yang asik berbaring di sofa memandangi kuku-kuku barunya.
“Apa sih bocah ganggu aja!” kesal Bianca.
Bianca mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap lamat Estelle. Ah wajah adiknya itu benar-benar kusut. Ingin rasanya menyetrika wajah Estelle.
“Kenapa? Ada apa? Elior lagi?” tanya Bianca malas.
“Lo minta tolong Kak Leon buat jagain gue ya?”
Bianca mengangguk tenang membuat Estelle mendengus.
“Batalin. Nggak usah minta tolong ke dia. Gue bisa jaga diri gue sendiri Kak. Gue paham lo khawatir tapi gue mohon jangan bikin gue berurusan sama Leon gue nggak mau. Gue udah terlalu banyak ngerepotin orang-orang di sekitar gue, Kak.”
“Dia nggak pernah ngerasa direpotin. Seneng-seneng aja kok. Dia suka sama lo, El,” jelas Bianca.
“Justru karena dia suka sama gue, gue makin harus ngehindarin dia. Lo tau sendiri perasaan gue buat Kak Leo dan itu bakal bikin Leon sakit hati. Ayolah, terapin ke diri lo sendiri kalau jadi Leon gimana.”
“Dan lagi, lo nggak pernah tau isi hati orang kayak apa. Luarnya dia kelihatan seneng direpotin gue tapi siapa yang tau isi hati dia sebenarnya? Selain itu, Leon itu pemaksa Kak. Gue nggak suka! Gue tertekan sama dia,” lanjut Estelle lirih.
Bianca menangkap gurat lelah dan kesedihan dari wajah adiknya yang begitu jelas. Ia yakin telah terjadi sesuatu. Tapi Bianca juga lebih yakin Estelle tak akan mau mengaku apapun sekarang.
“Leon... ngelakuin sesuatu ke lo?” tanya Bianca ragu.
Estelle menggeleng tegas.
“Kayaknya gue yang lagi kebanyakan pikiran. Tapi gue emang pengen jauhin Kak Leon. Gue kasihan. Gue nggak mau kena karma dengan ngebiarin dia di deket gue dan ngejalin hubungan baik dengan dia punya perasaan lebih ke gue tapi gue nggak bisa bales. Pasti dia sakit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLE -La dernière lumière pour l'étoile-
Genç Kurgu⚠️Bukan lapak untuk plagiat! ⚠️Terdapat adegan kekerasan dan 17+ di beberapa bab. Yang merasa tidak nyaman silahkan diskip ke bab lain ya sayang! "Yang kamu maksud happy ending itu seperti apa sih? Dan sad ending juga seperti apa? Nggak ada bahagia...