🌟
.
.
.Malam begitu gelap nan sunyi. Di sebuah jalanan kecil di pinggiran kota, seorang pemuda tergeletak lemah di aspal. Motor hitamnya teronggok manis di ujung jalan. Sedangkan si pemilik bersimbah darah dalam kesadaran yang nyaris sirna.
Suara tawa pria lain yang senantiasa menapakkan kakinya di punggung pemuda itu menjadi pemecah keheningan malam. Tawanya begitu bahagia melihat lawannya tumbang. Terlebih ia sedang menanti seseorang yang ia yakin telah sepenuhnya masuk ke perangkapnya.
“Kak Leo!”
Pekikan dari ujung jalan membuat senyum pria itu berubah menjadi seringai jahat. Ia menoleh saat gadis yang ditunggunya berlari mendekat.
“Hai Estelle,” sapa pria itu ramah.
Estelle menatap nanar pria yang masih menginjak punggung kekasihnya dengan sebelah kaki.
“Masalah Kak Galen itu sama gue bukan Kak Leo! Berhenti nyakitin orang yang nggak ada hubungan apa-apa sama masalah kakak!” pekik Estelle parau.
Galen mendekati Estelle, meninggalkan tubuh Elior yang ia injak tadi.
“Semua orang terdekat lo bakal ikut hancur Estelle. Baru penutupnya adalah kematian lo,” tajam Galen.
Estelle mengusap kasar air matanya. Hatinya pilu melihat keadaan Elior. Rasa bersalah menyeruak ke dalam diri mengingat semua ini tidak akan terjadi apabila ia tidak egois dan memaksa Elior kembali padanya.
“Gimana rasanya ngelihat orang yang lo cintai babak belur?” tanya Galen sinis.
Estelle terus menangis mencoba menyingkirkan tubuh Galen yang selalu menghalaunya mendekati tubuh Elior.
“INI YANG GUE RASAIN WAKTU TEMEN SIALAN LO ITU NGEHAJAR RAYA TEPAT DI DEPAN MATA GUE DAN GUE NGGAK BISA APA-APA!”
Estelle terperajat mendapati teriakan murka Galen. Ia menggeleng ribut.
“KENAPA LO BALES KE GUE DAN KAK LEO?! KENAPA NGGAK LO BALES KE REINE LANGSUNG! NGERASA NGGAK MAMPU?”
Plak
Wajah Estelle tertoleh ke samping kala tamparan Galen mendarat dengan begitu kuat di pipinya. Rasa panas dan nyeri langsung menyeruak di sana. Estelle mengusap sudut bibirnya yang berdarah dan menatap nyalang pada Galen.
“Kalau yang lo lakuin sekarang atas dasar dendam di rooftop, lo salah sasaran!” Desis Estelle tajam.
Estelle langsung mendorong tubuh Galen dengan sekuat tenaga dan menghampiri Elior. Ia membalik tubuh pingsan itu agar terlentang kemudian menjadikan pahanya sebagai bantal untuk kepala Elior.
Wajah tampan yang biasanya tersenyum hangat padanya kini dipenuhi lebam. Luka yang ada di wajah dan tubuh kekasihnya itu cukup parah.
Estelle hendak menghubungi ambulance tapi Galen dengan cepat merebut ponsel itu dan membantingnya ke tanah. Benda pipih itu seketika remuk membuat si pemilik mematung sejenak.
“Ini baru permulaan Estelle. Lo bakal dapat lebih dari ini,” desis Galen tajam sebelum melangkah meninggalakan lokasi itu.
Estelle mencoba untuk tetap tenang. Ia merogoh saku celana Elior untuk mencari ponsel pria itu. Beruntung ia berhasil menemukannya walau baterai ponsel tersebut tinggal 15 persen.
Estelle segera menghubungi Ambulance dan mengirim pesan pada Leon agar datang ke rumah sakit terdekat.
...
Ruangan serba putih dengan aroma khas yang begitu Estelle benci. Tapi gadis itu kembali berkunjung ke tempat itu. Namun kini bukan lagi sebagai pasien sebeperti sebelum-sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLE -La dernière lumière pour l'étoile-
Novela Juvenil⚠️Bukan lapak untuk plagiat! ⚠️Terdapat adegan kekerasan dan 17+ di beberapa bab. Yang merasa tidak nyaman silahkan diskip ke bab lain ya sayang! "Yang kamu maksud happy ending itu seperti apa sih? Dan sad ending juga seperti apa? Nggak ada bahagia...