✨️Rumah Pohon dan Flower

16 8 0
                                    

🌟
.
.
.

Estelle membuka mata kala sapuan angin menerpa lembut kulit wajahnya menghantarkan damai.

Dilihatnya sekeliling tempat ia berada saat ini. Tempat yang sangat ia kenali.
Estelle beranjak dari duduknya dan menyibak gorden tipis yang menutup jendela. Ia menatap pemandangan yang sangat dirindunkannya.

Sebuah tepukan lembut di bahu membuat Estelle menoleh. Ia menyunggingkan senyum manis kala melihat gadis yang berdiri di belakangnya. Gadis itu juga tengah tersenyum. Senyum lepas tanpa beban yang sudah lama hilang. Kini Estelle akhirnya bisa melihat senyum itu lagi.

“El udah lama ya kita nggak ke sini.”

Estelle hanya tersenyum. Hatinya berdenyut ngilu kala menyadari sesuatu. Ia menghapus kasar air mata yang nyaris turun.

“Heh bocah! Nggak usah cengeng! Emang lo ya nggak bisa gue baikin dikit,” gerutu Flower dengan dengusan geli.

Tanpa aba-aba Estelle maju dan memeluk erat tubuh sahabatnya. Ia menyandarkan kepalanya di pundak Flower, menumpahkan tangisnya di sana.

Estelle mengabaikan Flower yang malah terkekeh meledek sambil membalas pelukannya.

“Kembang jangan pergi gue mohon hiks hiks gue takut gue mohon jangan pergi.”

“El gue harus ngomong sesuatu sama lo. Haih lo beneran cengeng ya.”

Flower melerai pelukan itu. Ia tersenyum dengan mata berembun. Estelle bisa menangkap betapa tulus tatapan Flower.

Isakan tanpa suara itu tak bisa Estelle tahan. Namun ia tak berani memejamkan mata. Takut Flower akan menghilang jika ia melakukan itu.

“Gue minta maaf karena nggak bisa ngelindungin lo dari Faro hari itu. Gue minta maaf udah ngelukain dan nipu lo.”

Flower menunduk mengambil napas sejenak.

“Maaf karena memilih egois buat nyelamatin Kak Andin dulu dan ngorbanin lo. Dan maaf karena gue juga egois dengan ninggalin kalian setelahnya. Gue nggak bisa milih buat nyelamatin salah satu dari kalian. Gue lebih pilih gue aja yang pergi dibanding kalian. Maaf kalau lagi-lagi gue nyakitin lo di saat lo selalu baik ke gue.”

Flower kembali menegakkan kepalanya. Ia tersenyum begitu tulus pada Estelle. Tangannya terulur menghapus air mata sahabatnya yang turun deras. Hatinya sakit melihat tangis gadis di hadapannya ini.

Selama ini Flower selalu berusaha menghalau setiap tangis dan ketakutan Estelle. Menjaga gadis itu dari rasa sakit.

Tapi kini dirinya menjadi alasan sahabatnya menangis. Fakta itu membuat batin Flower terluka.

“Hei El. Lo inget nggak dulu setiap kecil kita selalu sarapan bareng di sini jam 5 pagi?”

Estelle mengangguk ribut.

“Habis itu kita dimarahi nenek sama Kak Andin gara-gara mereka khawatir nyariin kita,” timpal Estelle yang masih sesenggukan.

“Dan kita selalu sembunyi di rumah pohon ini juga ngunci pintunya tiap kita lagi dimarahi mereka.” Flower terkekeh menceritakan kenangan lawas itu.

Estelle ikut terkekeh meski air matanya terus turun.

“Lo tau? Kunci rumah pohon yang selama ini lo kira ilang, sebenernya udah gue temuin sehari sebelum kita pindah rumah. Sekarang ada di laci meja belajar gue.”

Lagi Flower tertawa kala melihat Estelle yang melongo.

“Kalau lo ada waktu, main ke rumah pohon ini lagi ya? Bawa kuncinya karena sebelum pindahan dulu udah gue kunci ini tempat.”

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang