✨️Rencana Balas Dendam

34 23 1
                                    

🌟
.
.
.

Di sinilah Estelle berakhir. Sebuah bazar makanan yang entah kapan buka di sekitar sekolahnya. Ini masih jam 3 jadi bazar itu belum terlalu ramai. Estelle memilih mengajak ketiga sahabatnya untuk bergabung. Bisa mati muda jika hanya berdua dengan Reine.

Sekitar 15 menit, Flower dan Loly datang. Loly nampak sudah asyik memilih jajanan dengan Reine. Sementara Flower berjalan santai bersama Estelle.

“Penghuni Merkurius itu tau dari mana ada bazar?”

“Entah. Tiba-tiba narik gue ke sini. Gue mana berani tanya. Omongannya pedes,” sahut Estelle santai.

Flower terkekeh geli. Ia lantas mengecek ponselnya lagi. Helaan napas terdengar dari Flower ketika orang yang dihubungi sejak tadi tidak membalas pesannya.

“Kenapa? Nunggu chat dari Kak Gilang ya?” tanya Estelle saat menyadari gerak-gerik Flower.

Flower menoyor pelan kepala sahabatnya.

“Gue nunggu chat dari Abel. Dia aneh tau El,” ujar Flower.

“Aneh gimana?” Estelle ikut penasaran.

“Tadi pagi waktu lo dihukum, si Abel itu bilang mau ke toilet bel jam kedua itu lah kira-kira. Tapi lama banget. Balik-balik muka dia pucet badannya dingin semua,” ungkap Flower.

“Eh waktu itu pulang sekolah dia tangannya juga dingin mukanya pucet. Terus buru-buru pergi katanya acara keluarga. Lah ini sekarang di mana bocahnya?” imbuh Estelle.

Flower menggeleng tanda tak tau. Gadis itu sejak tadi memang terus mengirim pesan pada Abel namun tak kunjung dibalas.

“Sebenernya gue ngerasa Abel aneh udah dua mingguan ini. Gue udah coba tanya pelan-pelan, dia bilang gue aja yang berlebihan,” gumam Flower.

“Nanti balik dari sini kita ke rumah Abel gimana?” usul Estelle.

“Boleh. Sekalian makan di sana aja kalau gitu,” pungkas Flower.

“Kasih tau dua curut itu dulu kalau gitu,” ujar Estelle diangguki Flower.

...

Saat mereka tiba di kediaman keluarga Abel, empat orang itu dibuat kecewa lantaran rumah tersebut sedang kosong.

Flower dan Loly akhirnya memutuskan untuk pulang. Sedangkan Estelle dan Reine memilih mampir untuk makan di sebuah cafe yang tak jauh dari sana. Hal itu sebenarnya adalah keinginan Reine.

Saat makanan mereka tiba, Estelle dibuat binggung dengan tingkah Reine yang malah memainkan sebuah cermin kecil di atas meja.

“Katanya laper? Buruan makan Ei,” tukas Estelle.

“Kamu punya musuh cowok ya?” Bukannya menjawab Reine malah balik bertanya.

Estelle mengerutkan keningnya. Di tengah kebingungan Estelle, Reine kembali bersuara.

“Sejak keluar gerbang sekolah ada yang ngikutin kita. Makanya aku ajak kamu ke sini biar dia nggak ngikut ke apart. Tuh orangnya di belakangku bangku paling pojok.”

Estelle melihat tempat yang dikatakan oleh Reine. Dan benar saja, ada Mario di sana duduk seorang diri.

Sekarang Estelle tau mengapa Reine memainkan kaca. Bocah itu sedang mengintip keberadaan Mario ternyata.

“Dia anak kelas 12 namanya Mario. Kayaknya ada hubungannya sama Raya yang lo gebukin tadi,” ujar Estelle pelan.

Reine mangut-mangut dan mengeluarkan ponselnya. Gadis itu berkutat sejenak dengan benda pipih itu kemudian memasukkannya kembali ke saku seragam barunya.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang