✨️Pengkhianat

42 22 1
                                    

🌟
.
.
.



Di suatu ruangan yang cukup gelap, seorang gadis duduk menatap lurus layar komputernya. Ia tersenyum miring melihat apa yang di dapatinya.

“Wow musuhnya Estelle banyak juga,” gumamnya.

Ia lantas menyalakan ponselnya dan menghubungi orang yang bersangkutan.

“...”

“Mulai sekarang jangan percaya siapapun. Sahabat sekalipun.”

“...”

“Besok aja di sekolah.”

“...”

Panggilan berakhir dengan cepat. Gadis itu menghembuskan napas lelah.

...

Paginya, jam masih menunjukkan pukul setengah 6 pagi namun Estelle sudah nangkring dengan santainya di bawah ring basket. Tak lama orang yang ditunggu-tunggu tiba.

Estelle nyengir pada orang itu. Terlebih melihat wajah masam orang itu sungguh sesuatu yang menyenangkan.

“Jadi gimana? Bener nggak tebakan gue kali ini?” tanya Estelle ketika lawan bicaranya sudah duduk di sampingnya.

“Bener. Mereka semua masuk perangkap. El masih di terror?”

“Masih. Semalem gue dikirimi bangkai tikus. Bau banget bajir!” ujar Estelle mengebu.

“El, soal cctv di belakang sekolah tempat biasa El nongkrong itu pelakunya beda orang lagi,” ucap Loly.

“Siapa?”

“Kak Ancel,” jawab Loly.

Estelle membelalakkan matanya. Ia tidak merasa pernah bersinggungan serius dengan pemuda itu.

“Ada hubungannya sama Galen,” jelas Loly yang mengerti kebingungan sahabatnya.

Estelle mencoba mengingat-ingat hingga akhirnya ia paham apa yang terjadi. Namun belum sempat mengutarakan apapun, sebuah suara mengejutkannya dan Loly.

“seru ya pura-pura bodoh!”

Kedua orang itu meringis mendapati sosok Reine yang bersedekap dengan aura mematikan di depan mereka.
Mereka sendiri binggung ada gerangan apa gadis ini tiba begitu pagi.

“Ei tumben datang pagi?” tanya Loly.

“Iya mau nyekek si Estelle sampai lehernya patah!” tudingnya pada Estelle.

Estelle mencoba mengingat kesalahan besar apa yang telah ia perbuat pada ratu iblis ini.

"Lo marah soal Kak Sean minta nomor gue? Dia Cuma—"

“Kamu udah tau soal Mario bahkan kejadian malam itu juga kamu tau sesuatu kan! kenapa pura-pura tolol sih! Mau otakmu hilang setengah?” sela Reine.

Estelle menelan ludahnya susah payah. Ia ngeri mendengar perkataan dan sorot penuh ancaman dari Reine.

“BAHKAN KEMARIN KAMU MAU DIAJAK KERJA SAMA SI SEANJING?!” pekik Reine membuat Estelle dan Loly menutup rapat telinga mereka.

Estelle bangkit untuk menengkan bocah itu.

“Tenang dek tenang. Gue nggak mau diajak kerja sama dia. Gue setia sama lo sumpah deh. Dan soal gue yang sok tolol itu biar mereka masuk jebakan gue.”

Loly tiba-tiba mengangsurkan sebatang coklat berukuran kecil kepada Reine. Reine menatap coklat tersebut sesaat sebelum berganti menatap Loly.

“Ini buat Ei,” ujar Loly dengan senyum manisnya.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang