✨️Fakta Baru

47 25 3
                                    

🪄

🌟
.
.
.

“Oke sekarang karena cukup banyak orang, kita bagi fokusnya. Tapi sebelum itu aku mau peringatin satu hal,” ucap Reine kemudian menjeda lagi kalimatnya.

Ia menunggu semua orang benar-benar fokus padanya. Saat semua atensi sudah tertuju padanya, ia melanjutkan ucapannya.

“Berurusan dengan keluarga Atmaja apalagi sampai menghancurkan keluarga itu pasti punya resiko besar. Resiko terburuk tentu kehilangan nyawa. Aku pernah berurusan dengan mereka dan waktu itu aku yang nyaris mati. Aku kehilangan lebih dari 20 pengawal dan 2 orang teman.”

Reine mengambil napas sejenak. Sekaligus memberi waktu pada orang-orang itu untuk mencerna ucapannya.

“Untuk kalian yang tidak terbiasa di dunia semacam itu, juga untuk yang fisiknya lemah atau tanpa kemampuan apapun dan mungkin yang takut sebaiknya mundur di awal. Kita masih SMA dan ini bukan masalah yang normal untuk seumuran kita. Tapi karena sudah terlalu mendesak makanya aku minta kita gerak cepat,” lanjut Reine.

“Sekarang terus terang saja ya, Abel dan Flower sebaiknya kalian mundur. Jangan munafik fisikmu sedang lemah, Abel. Dan Flower kamu dan Kak Gilang sebaiknya ikut andil di bagian lain. Jangan turun langsung.”

Abel diam dan menunduk. Ia takut jika membantah Reine akan semakin mencercanya.

Sedangkan Flower dan Gilang kompak mengangguk. Ini memang bukan bidang mereka.

“Estelle gimana? Lo nggak akan nyuruh Estelle terjun langsung ngadepin mereka kan?” tanya Elior penuh curiga.

Reine tersenyum miring. Sejak awal gadis itu tidak menyukai Elior.

“Dia jadi umpan.”

“LO GILA! ESTELLE BISA DALAM BAHAYA!” bentak Elior.

Leon langsung mendorong mundur Elior yang sudah maju mendekati Reine.

“Terus menurut kamu, yang lain nggak dalam bahaya? Egois ya? Kamu lupa, ini permasalahan Estelle dan aku Cuma nuntasin dendam yang kalaupun nggak dibalas juga nggak masalah. Beda sama Estelle,” jawab Reine santai.

Ia menyilangkan kaki dan bersandar dengan tenang di sandaran sofa. Menatap lawan bicaranya yang emosi adalah salah satu kebahagiaan bagi Reine sejak dulu. Dan Elior adalah target empuk.

“Apa lo bisa jamin keselamatan El dengan jadiin dia umpan?” Faro akhirnya buka suara.

Reine mengendikan bahu tanda tak tahu.

“Itu di luar kuasa ku lah. Lagipula kalau nggak jadi umpan dia gunanya apa? Ngasih ide? Yakin?”

“Lo kesannya ngerendahin Estelle banget ya?!” geram Elior.

“Nggak, kamu sendiri yang bilang gitu itu berarti emang pikiranmu tentang Estelle kayak gitu,” balas Reine.

“Ei cara ngomongmu jangan bikin orang naik darah. Nggak semua orang paham karaktermu kayak aku atau Elyn.” Leon menasehati Reine dengan lembut.

“Cih! Ei nggak minta dipahami kali! Ribet banget orang-orang di sini! Ditolongin nggak tau diri!” sinis Elyn. Ia jengah sendiri sejak tadi.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang