19. Genius Girls

155 10 0
                                    

“Terlalu banyak membantu orang lain, hingga lupa pada diri sendiri, bahwa untuk bangkit pun memerlukan tenaga ekstrem.”

-

Hari Selasa. Dimana jadwal kumpulan OSIS telah tiba. Para anggota OSIS sudah berkumpul di sebuah ruangan yang di desain kreatif, sederhana namun bermakna.

Bangku-bangku pendek yang berada di ruangan, mereka jadikan satu hingga membentuk persegi panjang. Genan duduk di kursi paling depan, memimpin acara rapat.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!” salam Genan diiringi dengan senyuman tipisnya.

“Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!” jawab anggota OSIS kompak.

“Baik, mengenai pembahasan yang kemarin. Kita akan mengadakan perlombaan, pekan olahraga antar kelas. Saya harap kalian, setiap penanggung jawab perlombaan dapat memandu acara ini dengan benar dan lancar.”

Seluruh anggota OSIS menganggukkan kepalanya, patuh. Setalah itu Genan kembali berbicara. “Mungkin untuk jenis-jenis perlombaannya, akan di sebut satu persatu oleh sekertaris OSIS pertama, waktu dan tempat, saya persilahkan.”

Seto mengambil alih komando. Ia membacakan susunan acara serta berbagai perlombaan-perlombaan yang akan di adakan oleh pihak OSIS itu sendiri.

“Yang pertama ada perlombaan basket, putra putri. Kemudian ada Voly, sama. Putra dan putri. Selanjutnya ada sepak bola, dikhususkan untuk putra saja. takraw, Badminton, dan permainan game online. Mungkin ada yang mau menambahkan?”

“Saya, Kak!” seru Ferani mengangkat kedua tangannya ke atas.

“Kayaknya perlombaannya gitu-gitu aja deh. Gimana kalo untuk memeriahkannya ada perlombaan teka-teki menggunakan bola kecil, jadi setiap orang yang bermain memegangi bola bakalan ada beberapa pertanyaan, di anjurkan untuk berpasang-pasangan. Untuk menentukan siapa yang bertanya melihat pertanyaan yang ada di bolanya dan siapa yang akan menjawab.”

“Cewek, cowok?” tanya Giovani kepada Ferani yang memberikan usulan.

“Bebas. Mau cowok-cowok, mau cewek sama cewek. Campuran juga nggak masalah,” jawab Ferani dengan bijak membuat seluruh anggota OSIS menganggukkan kepalanya, setuju.

“Unik! Gue suka masukan dari, lo. Fer!” seru Armando. Selaku ketua seksi bidang.

“Yey! Sahabat gue emang genius!” Lani bertepuk tangan. Memeluk tubuh Ferani dengan bangga, Susi pun mengikuti hal yang sama membuat ketinganya cekikikan.

Natalie menyenggol lengan Hani, berbisik. “Lo nggak kasih masukan, Han? Biasanya lo paling semangat kalau kak Seto nanya ada yang mau nambahin apa kagak?”

Hani menggelengkan kepalanya, menatap Ferani dengan tatapan kesal.  “Gue males bersaing sama dia, banyak yang mengapresiasi.”

“Ada lagi yang mau menambahkan?” tanya Seto kembali.

Semua OSIS terdiam memikirkan perlombaan apa yang cocok untuk mereka adakan di sekolahnya itu.

“Kenapa nggak ngadain giveaway aja? 'kan banyak tuh siswa-siswi yang malu buat ikutan perlombaan terbuka, apalagi yang di tonton banyak orang. Kita bisa ajak mereka untuk mengikuti giveaway dari mulai perlombaan hingga berakhirnya acara. Giveaway digital, jadi kita nggak perlu banyak bahan-bahan ini-itu, tinggal mantau aja yang benar-benar aktif saat acara porak di adakan. Gimana?”

Lagi dan lagi masukan dari Ferani membuat anggotanya kembali terpukau. Benar-benar genius! Pikir mereka, kurang lebih seperti itu. Tapi tidak dengan Hani yang kini memutar bola matanya, jengah.

Dih, caper! Batin Hani berkata demikian.

“Perfect Ferani. And very very good!” seru Seto bertepuk tangan.

“Menarik,” gumam Genan tersenyum tipis.

“Gimana kalau peserta yang gercep kita kasih door prize kecil-kecilan, berupa voucher, atau pulsa lima beras ribuan, mungkin?” usul Susi yang di acungi jempol oleh Lani.

“Woylah! Anggota OSIS juga bisa ikutan 'kan? Gue mau menangin giveaway nya, please!” seru Lani antusias.

“Boleh dong. Tapi dengan syarat, OSIS harus bisa meng-kondusifkan waktu saat perlombaan. Dan jangan lupakan jika penanggung jawab dari perlombaan itu sendiri, tidak boleh mengikuti lomba. Kalo giveaway nya sih, kayaknya bisa-bisa aja, i'ts oke. Gaskeun!” timpal Armando bersemangat.

“Oke. Tidak ada lagi yang mau menambahkan? Hani, Genan? Biasanya kalian paling semangat ngasih usulan kegiatan lomba?”

Genan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Cukup. Segitu juga udah banyak, kalau gue tambahin bisa kewalahan penanggung jawabnya.”

Mendengar jawaban dari Genan. Seto pun mengalihkan pandangannya ke arah Hani. “Han, gimana? Ada tambahan?”

“Nggak,” ketus Hani bersedekap dada.

Seto menggaruk-garuk kepalanya. “O-oke-oke.”

“Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya, mohon di maklumi, karena saya pun masih dalam tahap pembelajaran.” Seto menjeda ucapannya. “Untuk pembagian tugas penanggung jawab dari setiap ajang perlombaan. Saya serahkan kepada sekertaris dua, yaitu Giovani, waktu dan tempat, saya silahkan.”

Giovani mengambil spidol snowman yang berada di tengah meja. Ia mendekati papan tulis, dan mulai menulis disana.

“Oke, bagi yang sudah kebagian tugas-tugasnya silahkan buat format penilaian, serta cari peraturan perlombaan maunya seperti apa. Boleh dari pemikiran sendiri, boleh juga dari internet. Tapi di usahakan mandiri, ya. Nggak usah nyontek punya orang lain, kalo ada yang susah-susah banget. Nah, baru kalian bisa minta bantuan ke para senior OSIS yang berpengalaman!”

Ferani mulai berkutat dengan alat tulis miliknya. Begitupun dengan kedua sahabatnya, jari-jari lentik mereka menari-nari di atas kertas, melaksanakan tugas-tugas yang sudah ditetapkan oleh Giovani. Selaku sekertaris OSIS.

“Kenapa diem? Nggak punya kuota?” tanya Genan mendekati Ferani yang tengah melamun.

“Ih, apaan sih, kak. Gue tuh lagi mikir peraturan apa yang unik buat lomba basket. Gue nggak terlalu tau menahu tentang permainan itu, nyari di google kebanyakan itu-itu aja. Yang ada bikin gue stres buat ngerangkumnya,” ucap Ferani mengusap wajahnya, kasar. Melirik ke arah Lani yang dibantu oleh Seto untuk membuat format penilaian.

Mengetahui ekspresi wajah Ferani yang berubah, masam. Genan pun berinisiatif untuk membantunya.

“Sini bukunya, biar gue bantuin.” Genan merebut buku Ferani yang berada di hadapannya. Laki-laki itu mulai menuliskan sesuatu di buku tersebut.

Tanpa di sadari olehnya, beberapa pasang mata menatap mereka, iri. Bahkan ada yang terang-terangan bilang, kalau Genan telat melanggar SOP OSIS karena secara tidak langsung, mereka bermesraan ketika kumpulan di mulai. Padahal niatnya hanya membantu.

25:01:23

Gelombang Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang