rasa sakit

20.9K 1.5K 11
                                    

Bangunan menara jam berwarna hitam yang menjulang tinggi itu berdentang, menandakan waktu tengah malam telah tiba, kota besar yang biasanya ramai sudah mulai mengurangi aktifitasnya, hanya ada beberapa mobil terbang yang berseliweran, walaupun begitu, malam hari tidak mengurangi kemegahan pemandangan kota celine, kota pusat kekaisaran.

Seorang pemuda bertelanjang kaki sedang duduk di pinggir atap menara jam, tidak mempedulikan dingin yang menggigit tubuhnya, tidak mempedulikan darah yang merembes dari luka dibelakang lehernya, matanya sudah tidak fokus, seperti cangkang kosong yang telah tergerus oleh rasa sakit dan putus asa.

"Ayah"

Hanya satu kata itu yang selalu terucap dibibirnya, kesedihan yang sudah meremukan dadanya, airmata yang sudah mengering, wajah pucatnya mendongak ke langit.

"Selamat tinggal ayah"

Bertahun-tahun dia habiskan untuk mengejar ayahnya.

Dia yang tidak suka belajar memaksakan dirinya untuk tenggelam dalam pengetahuan demi lolos ujian menjadi asisten kaisar.

Dia yang bodoh belajar memasak setiap hari dan melukai jarinya demi bisa membuatkan makanan yang disukai kaisar.

Dia yang dengan bodohnya menyelinap masuk ke kebun buah demi memetik jeruk merah yang disukai kaisar.

Dia yang bahagia mendapatkan bros permata hitam sebagai hadiah kedewasaannya tanpa menyadari bahwa ada orang lain yang juga mendapatkan benda yang sama.

Dia yang merasa melayang saat kepalanya ditepuk dengan lembut padahal anak lainpun mendapatkannya.

Dia yang menyadari kaisar hanya memperlakukannya sebagai anaknya tetapi dia tetap berusaha menunjukan cintanya.

Dia yang bisa menghadapi kesulitan apapun didunia ini, tetapi dia tidak sanggup menghadapi tatapan dingin itu, dia tidak sanggup saat kaisar tidak mempercayainya.

Dia tidak sanggup saat kaisar membuangnya, dia tidak sanggup saat kaisar meminta alpha lain untuk menjadi pasangannya.

Dia tidak bisa mempercayai bahwa kaisar mengirim seorang alpha untuk menandainya.

Kaisar, ayah yang secara terlarang dia cintai.

Dia sungguh lelah, dia sudah menyerah.

Ini sudah batasnya, dia di ujung dari keputusasaannya.

Pemuda itu tidak menyadari suara sirine yang berbunyi diseluruh penjuru kota, tidak menyadari mobil patroli yang mendadak memenuhi setiap sudut kota, tidak menyadari pencarian atas dirinya.

Pemuda itu melompat dari menara dan memejamkan matanya, merasakan sakit yang mengerikan dan akhirnya kesadarannya menghilang...

......

Xena membuka matanya, tubuhnya gemetar dan nafasnya tercekat, butuh waktu baginya untuk menarik nafas dan menenangkan dirinya.

Lagi-lagi mimpi yang sama
Akhir dari kisahnya dikehidupan sebelumnya.

Dia terbangun dari tidurnya, memandang dinding kamarnya.

Ya, dia saat ini masih ada dikamarnya yang lama, dia ingin menguji sikap kaisar, saat dia kembali ke rumah dan akan mengambil barang-barangnya untuk pindah ke istana milik kaisar, dia menunda kepindahannya dengan segala alasan yang tidak rasional, ibunya cukup marah padanya karena dia melawan kaisar.

Awalnya dia mengira akan ada yang menyeretnya keluar dari istana 'sederhana' milik ibunya, dia juga mengira kaisar akan marah dan menghukumnya, tetapi beberapa hari menjelang, tidak ada yang datang memaksanya, hanya kepala pelayan istana kaisar yang datang dan menanyakan kondisinya.

Xena merenung, dia tidak memahami perubahan sikap ayahnya, dia sempat berfikir ayahnya juga memiliki ingatan dikehidupan yang lalu, tetapi apabila seperti itu, seharusnya dia sudah diseret ke penjara saat ini atau dibunuh oleh ayahnya.

Hatinya sudah seperti gelas kaca yang sudah hancur berkeping-keping, sedikit kebaikan dari ayahnya, akan menumbuhkan bunga harapan di atas luka hatinya.

Yang pada akhirnya hanya ada kecewa.

Untuk apa dia berharap kalau dia sudah tau akhirnya tidak memiliki jalan keluar.

Jiwanya terlalu lelah untuk kembali mengulang gores demi gores luka.

Sejauh mana sikap ayahnya, itu akan menentukan sejauh mana dia akan melangkah.

Xena tersentak saat merasakan feromon yang dikenalinya melingkupi seluruh tubuhnya, feromon itu dengan lembut menenangkan feromonnya yang bergejolak, xena melihat ke teras kamarnya, dibalik pintu kaca berdiri seorang pria, pakaiannya hanya kaos berwarna putih dan celana jeans, rambut peraknya jatuh menutupi keningnya, matanya lurus memandang ke arahnya, pandangan mata biru sebening kristal itu membuat xena memalingkan wajahnya

Xena mengutuk detak jantungnya yang masih juga bisa berdebar, dia mendengar suara pintu yang dibuka.

Mengapa ayahnya ada disini?!

"Ibumu bilang sudah beberapa hari ini kamu sulit tidur"

Tubuh xena begitu tegang saat tangan itu menyentuh keningnya dan jemarinya menekan titik diantara alisnya.

"Tidurlah, ayah akan disini sampai kamu tertidur"

Xena merasakan kantuk yang berat dan tubuhnya kembali berbaring miring, dia tidak mau memandang ke arah ayahnya, jemari ayahnya masuk diantara jemarinya dan membelai telapak tangannya.

Feromon ayahnya menyelimutinya dan membuatnya sangat nyaman, xena menutup matanya dan tertidur dengan lelap.

Claud menatap wajah yang tertidur, jemarinya menggenggam jemari xena, dia mengangkat jemari xena, bibirnya mengecup setiap ruas jemari itu.

"Xena" dia mengucap dengan lirih, ada rasa sakit yang tidak terlukiskan dimatanya.

"Ayahmu ini harus bagaimana?!" Ada batasan yang sampai kapanpun tidak bisa dia langkahi, dia hanya bisa memandang wajah tidur yang sangat dia rindukan.

................

My beloved sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang