*3 - Lelah.

589 43 0
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~





Menjaga bocah kecil yang sedang dimasa-masa aktifnya itu sangat sulit, harus bisa menahan amarah, sabar dan terus bersikap lembut. Mungkin sangat sulit bagi Hadi yang kini sedang terdiam sembari menunggu cucian yang tengah dikeringkan oleh alatnya.

Hadi merasa gelisah akan kondisi Alan, suara tangisannya sampai sekarang masih sangat terdengar dari lantai dasar dengan Juana yang masih berusaha menenangkannya.

Mendengar tangisan itu membuat hati Hadi luluh seketika, langkahnya kini berjalan untuk menghampiri si bungsu yang tengah menangis dan memberontak dari pelukan Juana.

"Alan...sini sama Mas..." sahut Hadi tersenyum tipis, kedua tangannya direntangkan agar Alan bisa masuk kedalam pelukannya.

Alan terus menangis di dalam pelukan Hadi, bahkan tangisannya semakin mengeras saat si sulung mengelus punggung kecil itu.

"Mas nggak marah..." bisik Hadi, yang membuat tangisan Alan sedikit tenang. Bahkan tubuh kecil itu terus memeluk Hadi dengan erat—seakan-akan si sulung tidak boleh pergi darinya.

Juana melihat itu semua, dirinya hanya bisa tersenyum dengan sorot mata yang terus memandang kehangatan itu.

Ini yang dinamakan kehangatan serta kasih sayang dari Saudara bukan? Juana turut senang walaupun hanya melihatnya saja.

Tetapi bagaimana rasanya ya jika Dirinya yang berada diposisi Alan? Merasakan hangatnya pelukan, hangatnya kata penenang, hal yang sederhana tetapi sangat istimewa jika pernah dirasakan.

"Mas? Cucian sudah dijemur?" kali ini Juana membuka suara.

Tatapan Hadi beralih kepada Juana, Dia menggelengkan kepalanya.
"Belum, tolong dijemur dulu ya—Mas mau tidurin Alan dulu."

Juana mengangguk patuh, langkahnya mulai berjalan menuju tempat pencucian.

Pemuda itu menghela napas pelan, hatinya terus terasa gelisah dan tidak pernah tenang. Akhir-akhir ini Juana merasa banyak sekali pikirannya—bahkan ia pun tak tahu apa yang dipikirkannya sehingga membuat Dirinya tidak tenang.

Sorot matanya tampak kosong, tetapi kedua tangannya terus bergerak untuk menjemur pakaian yang sudah dicuci oleh Hadi.

"Bajuku kok banyak banget ya sobeknya..." gumam Juana melihat kaus Dirinya sendiri yang sudah sangat tipis dan terlihat sobekan dari belakang kausnya.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang