*6 - Mas Hadi sayang sama Juana.

487 40 2
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







~~~





"Yah, mau Mas buatin kopi?" Hadi menawarkan diri saat dirinya melihat pria itu tengah duduk di sofa dengan televisi yang terus menyala. Seperti biasanya, Liam akan menonton pertandingan bola lagi.

"Iya, tolong buatin ya Mas," balas Liam, memang benar, kopi sudah menjadi kewajibannya untuk menemani pertandingan bola.

Hadi mengangguk, dia mulai membuat kopi yang biasa Dara buat juga. Bahkan pemuda itu sudah hapal apa yang harus disiapkan.

"Ini Yah, masih panas kopinya..." Hadi menaruh secangkir kopi tersebut di meja kecil depan sofa, pemuda ikut duduk juga dekat dengan Liam.

Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka berdua, semua pun sama-sama sibuk dengan dirinya sendiri. Liam yang mulai menghisap kopinya sedikit demi sedikit dan Hadi hanya terdiam sembari menatap televisi.

"Bayar uang kuliah kapan Mas?" Liam kali ini membuka suara tanpa melirik Hadi, sorot matanya masih fokus kepada televisi.

Hadi tersadar dari lamunannya.
"Bulan depan Yah, masih lumayan lama kok itu..."

Liam hanya mengangguk paham, dan keheningan mulai menemani keduanya lagi. Hanya ada suara teriakan para penonton yang bersorak dari televisi tersebut.

Hadi meneguk salivanya pelan, sebenarnya dari tadi si sulung ingin sekali berbicara kepada Sang ayah, tetapi entah mengapa rasanya susah sekali untuk mengeluarkan satu atau dua kata.

"Yah..."

Liam kali ini menoleh, lalu berdeham sebagai sahutan.

"Ada uang nggak Yah? Mas mau beli obat demam,"

Liam menghisap kopinya lalu menaruh kembali cangkir kopi tersebut, dirinya menatap Hadi.

"Siapa yang sakit?"

Hadi terdiam sejenak.
"Buat...Juan Yah, tubuhnya panas."

Pria itu kembali menatap layar televisi, tidak lupa dengan menghisap kopi sedikit demi sedikit.

"Ayah ada sisa obat dikamar, kamu ambil saja...mahal kalau beli lagi."

Hadi hanya mengangguk pelan sebagai persetujuannya, tidak banyak protes pemuda itu langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Liam dan Dara.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang