*26 - Kalandra.

320 26 6
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~






Hari akan di mulai kembali dengan adanya matahari yang terbit, sinaran matahari mampu membuat seluruh bumi terang menderang. Angin berembus kecil, terasa sejuk, serta suara kicauan burung-burung di tengah-tengah alam yang tampak asri. Berbagai daun-daun mulai tertutup dengan tetesan embun.

Rumah selalu ramai seperti biasanya, bocah kecil dengan pakaian tidurnya yang masih berantakan tampak girang kesana-kesini, sekali-kali dia bermain dengan Sang ayah yang senantiasa menonton pertandingan bola ditemani secangkir kopi yang biasa dibuatkan oleh Bunda.

"Mas, ini sarapannya sudah Bunda siapin—tinggal di makan aja ya?" ujar Dara dengan pakaiannya yang sudah terlihat rapi sekali. Wanita itu tersenyum tipis padanya.

Hadi menganggukkan kepalanya, "Iya Nda, makasih,"

Setelah itu Dara pun pergi untuk mengerjakan aktivitasnya, hari itu berjalan seperti biasanya, tetapi ... Hadi merasa tidak ada yang beres dengan kedua orangtuanya kali ini.

Dara yang biasanya pamit kepada Liam kini tidak terlihat lagi, bahkan untuk saling lirik-melirik saja tidak ada.

Pemuda itu mengembuskan napasnya berat, satu tangannya mulai mengambil sepiring sarapan yang telah dibuat oleh Dara tadi.

"Mas! Mas!" Si bungsu menghampiri Hadi dengan antusias, dia berlari dengan kedua tangan yang direntangkan serta mulut yang tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang masih dalam masa pertumbuhannya.

"Alan, adiknya Mas—sudah sarapan?" Hadi berjongkok untuk menyamakan tingginya, tak lupa dia menaruh piringnya agar tidak terjatuh.

"Sudah!"

"Pinter ... Mas mau sarapan dulu oke? Entar kita main sama Kak Juju ya ...." Hadi terkekeh lalu mengacak-acak rambut Alan dengan gemas.

Liam yang sedari tadi melihat percakapan antara Kakak dan Adik itu sedikit menampilkan senyuman tipisnya, nyaris tak kelihatan.

"Sudah baikan kondisinya Mas?" Liam kini bertanya ketika Alan sudah pergi bersama Bibi untuk mandi.

Hadi menoleh, dia pun mendudukkan dirinya tepat di sebelah Sang ayah.

"Lumayan, Yah—akhir-akhir ini juga Mas udah enggak pernah ngerasain hal-hal itu lagi kok." papar Hadi sedikit dipelankan.

Bohong, bohong jika Dia tak pernah merasakan hal itu lagi. Bahkan sebaliknya, pemuda itu lebih sering merasakan gelisah secara tiba-tiba tanpa adanya alasan.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang