~~~Gelisah, yang dirasakan Juana kali ini. Hatinya merasa tidak tenang seperti ada yang janggal, pikirannya terus terlintas pada tatapan tajam dari Dara serta tatapan dingin dari Liam. Rasanya ingin sekali berminta maaf langsung, tetapi Dara dan Liam kini sedang berada dirumah sakit untuk menjaga Alan.
Sedangkan dirinya bersama Hadi dirumah sendirian, dengan dinginnya malam. Jam hampir menunjukkan pukul setengah sebelas tetapi Dara dan Liam tidak pulang sama sekali.
Itu lah penyebab kegelisahan Juana kali ini, dia berpikir kalau dirinya lah yang membuat Dara dan Liam tidak suka padanya sampai kini mereka tidak datang kerumah.
Pemuda itu terus menghela napas dengan sorot mata yang terus melihat langit gelap yang hanya dihiasi oleh bintang-bintang kecil yang redup. Bintang yang biasanya bersinar kini telah meredup seketika. Seolah-olah mengikuti perasaan Juana sekarang.
Juana pun tidak bisa menyalahkan Alan juga yang terus merengek meminta makan, karena memang benar, bocah kecil itu belum makan malam sama sekali. yang biasanya Bibi selalu memasak kini sudah tidak ada. Jadi jadwal makan Alan sedikit telat untuk beberapa menit kedepan.
Wajar, jika Alan menangis karena kelaparan.
Kali ini yang terbukti salah hanya lah Juana, pemuda itu terus menyalah dirinya sendiri di dalam hati, merasa benci yang telah dilakukannya tadi.
Rasanya sangat sesak, air matanya otomatis turun tanpa Juana sadari. Tatapannya kosong, melihat dari bola matanya pun sudah terlihat bahwa pemuda itu menyimpan banyak beban yang ia pendam sendirian.
Tanpa disadari, Hadi sedikit mengintip dari sela-sela pintu kamar Juana yang terbuka. Matanya terus menatap punggung tegak sang adik yang terus menatap langit malam dari jendela.
Seolah-olah mengerti apa yang berada dipikiran Juana, Hadi merasakan apa yang Juana rasakan juga.
Tetapi langkahnya terhenti karena Hadi mengerti bahwa adiknya itu butuh sendirian untuk merenung.
"Kamu tidak salah sama sekali..." monolog Hadi dengan suara yang kecil, setelah itu dia pergi kembali ke kamarnya.
~~~
"Aku tidak habis pikir dengan kedua anak itu..." celoteh Pria itu, satu tangannya bergerak untuk memijat pelipisnya, bingung.
"Aku bahkan lebih pusing Liam...mereka sangat susah untuk diberi tahu—sangat menyesal menitipkan anak kesayanganku kepada mereka." balas Dara menatap Sang suami dengan tatapan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah?
Fanfiction❛❛Mas Hadi, kita sebenarnya punya rumah nggak sih?❜❜ ❛❛Mas juga nggak tahu kita punya rumah atau tidak.❜❜ Juana selalu berharap dianggap ada sekaligus disayangi sebagaimana kedua saudaranya rasakan. Kasih sayang dari Bunda, kasih sayang dari Ayah, i...