*23 - pelukan hangat.

390 33 9
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~






"Mas nggak mau ketemu Bunda sama Ayah dulu? Mereka ada di luar nungguin Mas, tau." celetuk Juana kepada Hadi yang masih terdiam, sesekali Pemuda itu mengembuskan napasnya pelan.

Hadi menggelengkan kepalanya yang menandakan Dia belum siap untuk menemui kedua orangtuanya. Sungguh, kalaupun memang Bunda sama Ayah sudah bisa berubah sikap, tetap saja rasa trauma itu masih membekas bukan?

Kata-kata yang menyakitkan begitu saja dikeluarkan oleh orangtuanya dengan mudahnya tanpa memikirkan perasaan Hadi sedikitpun, dan mudah sekali untuk dilupakan bagi Dara ataupun Liam. Tetapi tidak dengan Hadi yang akan terus mengingatnya sampai kapanpun itu walaupun dirinya sudah memaafkan kedua orangtuanya.

"Juan paham Mas ... kalau Mas masih trauma, tapi nggak baik juga kan kalau Kita terus menghindar begitu aja?" tutur Juana sambil menggenggam kedua tangan Hadi, bermaksud untuk memberi semangat kepada Sang kakak.

"Bunda sama Ayah perlahan juga mulai paham Mas kalau Mereka salah, setiap orang pasti bakal berubah, mau cepat atau lambat—kesempatan yang sama tidak akan ada untuk kedua kalinya bukan?" tanya Juana pada penjelasannya.

Hadi yang sedari tadi memperhatikan serta mendengarkan itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya, layaknya anak kecil yang sedang di beri nasihat.

Juana terkekeh kecil melihatnya, jadinya yang paling tua disini siapa sih?

"Perlahan pasti bisa Mas, banyak yang sayang sama Mas ... terutama Aku! Paling sayang sama Mas Hadi pokoknya," Juana mengangkat jari telunjuknya ke udara tinggi-tinggi dengan seruan yang tampak antusias sekali.

Itu membuat Hadi cukup terhibur dengan tingkah laku Juana, dia menampilkan senyuman lebarnya lalu bertepuk tangan melihatnya.

Pemuda itu kembali duduk di hadapan Hadi, tatapannya berubah menjadi lebih serius sekarang. Dan wajahnya semakin mendekat ke arah Si sulung.

"Jadi ... mau ketemu Bunda sama Ayah nggak?" bisik Juana tepat di telinga kanan Hadi.

Hanya ada keheningan di antara keduanya setelah Juana berbisik kepada Hadi, entah lah, Kakaknya itu masih berpikir keras dengan tawaran Juana tadi.

Hadi mengembuskan napasnya, lalu menatap Juana seperti tatapan ragu dan takut.

Juana yang paham akan hal itu pun mulai menepuk-nepuk bahu Hadi, kembali memberi keyakinan bahwa Masnya itu pasti bisa.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang