*27 - Kenapa harus keluargaku?

388 27 3
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~





Dalam satu ruangan yang cukup besar serta aroma parfum yang khas tercium begitu saja saat dia memasuki kamar tersebut, memperlihatkan seorang Wanita dengan pakaian dress selutut yang bermotif bunga-bunga. Perlahan dia menoleh dan tersenyum saat melihat kedatangan Sang anak yang kini mulai duduk di sebelahnya.

"Kenapa, Mas? Tumbenan banget ke kamar Bunda," celetuk Dara heran, pasalnya dari tadi putranya itu selalu saja senyum-senyum tidak jelas padanya.

Hadi tersenyum lebar, hingga memperlihatkan deretan giginya. Membuat Dara semakin dibuat bingung lagi.

"Mas, kenapa sih?" tanya Dara sekali lagi.

"Nda ... Mas mau sesuatu, tapi kali ini jangan marah ya?"

Dara mengembuskan napasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Hadi, lalu menatap pemuda itu.

"Iya, enggak akan."

"Kata dokter, Mas itu enggak boleh banyak pikiran sama stres ... nah Nda, biar pikiran Mas cepet sembuh ... boleh kan Mas pergi? Cuma jalan-jalan aja kok ...."

Mendengar penjelasan itu, Dara mulai memikirkan jawabannya. Matanya berputar tampak berpikir, ada ekspresi khawatir yang terlihat dari wajah Bundanya itu.

"Pergi kemana?"

"Pantai Nda! Seru deh kayaknya ...." gumam Hadi di akhir kalimat, semakin ragu ketika melihat mata Dara yang menyipit kepadanya.

"Sama siapa perginya? Bunda sama Ayah kan kerja, Mas."

"Sama Juan aja Nda, kan Mas udah besar—enggak perlu khawatir lagi lah Nda ...." ucap Hadi dengan memohon, berharap Wanita di hadapannya ini menyetujui kemauannya.

Dara kembali perpikir, cukup lama, tetapi Hadi tetap setia menunggu jawaban dari Dara.

Hingga terdengarlah embusan napas dari Sang bunda yang membuat Hadi kembali menatap Dara dengan penuh berharap.

"Ya sudah ... Bunda izinkan, tapi hati-hati ya? Untuk masalah transportasi biar Bunda yang urus."

Hadi menjentikkan jarinya, senyumannya kembali lebar. Sontak pemuda itu melompat-lompat kecil sembari membayangkan betapa serunya nanti disana.

Dara yang melihat itu hanya tertawa kecil, walaupun sudah besar tetapi tetap saja di mata orangtua kalau anaknya itu tetap lah anak kecil.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang