*20 - Jangan di pendam ya?

379 24 0
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~






Setelah pertengkaran singkat itu terjadi, keesokan harinya Juana yang biasanya berangkat sekolah bersama Hadi pun sekarang tidak lagi. Dia bangun lebih awal dan pergi ke sekolah lebih awal agar tidak menemui Sang kakak.

"Kak Juju, Kak Juju!" seru Alan si kecil yang sedang menonton kartun di televisi, bocah itu sedang menunggu sarapannya bersama Bibi.

Juana tersenyum gemas, pemuda itu terduduk sejenak di sebelah Alan untuk menyapa adiknya itu. Sudah sangat lama dia tidak bertemu Alan karena baru saja Dia keluar dari Rumah Sakit.

"Mau ... kemana?" tanya Alan sedikit kaku, mata bulatnya menatap Sang kaka penasaran dengan pipi yang sangat berisi itu.

Tidak bisa, ini terlalu lucu, rasanya ingin menggigit pipi itu sekarang juga.

"Kakak mau Sekolah dulu ...," satu tangan Juana mencubit pipi Alan pelan, kalau terlalu keras bisa bahaya Juana nya.

"Juan mau makan apa? Mau Bibi masakin nggak ...," tawar Bibi yang masih menyuapi Alan sedikit-sedikit.

Juana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil.

"Nggak usah Bi—oh iya ... Bunda ke mana?"

"Ibu masih di kamar kayaknya sama Bapak ... soalnya belum sarapan sama sekali."

Juana mengangguk paham, setelah itu dia berdiri dan salim kepada Bibi terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.

"Nggak usah bilang ke Nda ya Bi ... kalau Juan berangkat lebih pagi,"

"Iya Juan, hati-hati di jalannya ...,"

Setelah itu pun Juana pergi meninggalkan rumah, dia akan sarapan di kantin sekolah saja. Sangat malas jika harus sarapan dan bertemu Bunda, Ayah yang sangat canggung sekali menurutnya.

Kalau Hadi? Entah lah ... dia sebenarnya paham apa yang di maksud Sang kakak. Tetapi Juana sudah terlanjur marah-marah dan malu untuk berminta maaf.

Dia akan meminta maaf kepada Hadi nanti.

"Juana! Sini merapat sama Gue!" sahut seseorang saat Juana memasuki lorong-lorong sekolah menuju arah kantin.

Pemuda itu menoleh dan melihat Haekhal yang baru saja datang dan kini tengah duduk sendirian di kursi panjang yang tersedia di kantin.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang