*28 - Pantai.

343 25 0
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








~~~






Langit perlahan menjadi semakin cerah, dan waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Kini keduanya sudah sampai di penginapan yang telah di pesan oleh Dara di hari-hari sebelumnya.

Hadi menghela napasnya pelan, sedari tadi dia hanya melamun, tatapannya kosong seperti orang yang tak punya tujuan hidup lagi.

"Mas?" Juana menghampiri Si sulung lalu duduk tepat di sebelahnya, sorot matanya terlihat kekhawatiran ketika Hadi terus melamun dari awal perjalanan hingga sampai di tempat penginapan.

Satu tangannya menepuk-nepuk bahu Hadi sambil tersenyum tipis, "Nggak usah dipikirin dulu Mas ... masa pantai udah di depan mata, tapi Mas nya melamun terus? Kan enggak seru."

Mendengar celotehan itu Hadi langsung terkekeh dan menoleh ke arah Juana.

"Iya ... Mas cuma khawatir aja sama Bunda, Ayah ... semoga aja Oma langsung ke rumah," tutur Hadi dengan tatapan yang lurus tepat ke arah pantai. Kamarnya dibuat dengan menghadap pantai, maka dari itu tidak terlalu jauh jika mereka ingin kesana.

Juana menganggukkan kepalanya, apa yang Hadi rasakan dirinya juga merasakannya. Khawatir serta kecewa. Tetapi mau bagaimana lagi? Keduanya tidak bisa melakukan apa-apa selain berharap bahwa orangtuanya baik-baik saja.

Hanya ada keheningan hingga Hadi merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk lalu mulai memejamkan matanya.

Juana membalikkan badannya, dahinya berkerut.

"Mau ke pantai nggak Mas? Kok malah tidur sih?!"

"Ya ... kan, masih panas Juan—liat tuh, mana ada orang yang mau ke pantai siang bolong begini?" celetuk Hadi tetapi masih setia memejamkan matanya.

Tatapannya beralih ke arah pantai lalu terkekeh kecil.

"Iya juga ... ya sudah, ikut tidur juga deh!"

Keduanya sama-sama memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak. Menghilangkan rasa khawatir serta gelisah yang tiada hentinya terus memutari pikiran mereka.





~~~




"Takut ...." lirih bocah kecil dengan mata bulatnya yang mulai berkaca-kaca, bibirnya perlahan bergetar ketika mendengar teriakan Sang bunda yang mulai terdengar hingga taman belakang rumah.

Bibi tak tahu harus melakukan apa lagi selain memeluk Alan dengan erat dan menutup kedua telinganya.

"Sama Bibi dulu ya Nak? Nda nya kan lagi ngobrol dulu sama Ayah ...." Wanita itu merasa tidak tega melihatnya.

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang